"Jadi... Kau tidak apa-apa, kan?"
Isagi menengadahkan kepalanya ke samping. Meratapi balutan perban di lengannya serta plester yang menutupi sisi pipinya. Bukan hanya itu, bahkan cerita keluh kesah yang sebelumnya diceritakan, justru membuatnya agak curiga.
"Tentu saja aku tidak apa-apa!" Girangnya menenangkan.
"... Baguslah,"
"Siapa yang tidak cemas jika kau tidak kembali selama sehari?" Sambungnya. Berusaha membuat suasana lebih dipenuhi canda meski dirinya ingin obrolan ini agak serius.
"Iya, iya... Aku tahu, aku minta maaf..." [Name] hanya menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal.
Isagi segera bangkit dari posisi duduknya, ia mulai berjalan menuju kamarnya. Untuk beberapa saat, ia tidak meninggalkan ruangannya.
Pada saat waktu tertentu, dia akhirnya keluar. Membawakan sebuah benda misterius yang ia sembunyikan dibalik tubuhnya.
"Eh...? Apa itu?" Sahut [name] merasa penasaran.
"Ini..?" Isagi melirik kearah benda yang disembunyikannya.
"Ini benda."
"Ya aku menanyakan apa benda itu..."
"Jawaban nya hanya benda."
"Isagi!"
Dia tak kuasa menahan tawa gemasnya pada rasa penasaran yang diungkapkan gadis itu.
"Ini benda yang aku dan Bachira cari, untukmu..."
Dia menyodorkan tangannya dengan senyuman hangat yang dapat meluluhkan emosi siapapun yang meratapi pemandangan itu secara langsung.
"Apa ini?" Ucapnya pelan seraya mengamati lekat-lekat benda itu.
Tertutupi sebuah sapu tangan berwarna merah. Terlihat misterius dengan cahaya mengedap-edip dari dalam.
"Seharusnya aku memberikan ini bersama Bachira, tapi dia tertidur... Aku tidak ingin mengganggunya..."
"Ingin ku bukakan untukmu?"
Dia menawarkan bantuan.
"Boleh..." timpal [name] dengan senang hati.
Isagi mulai menjepit kedua jemarinya diatas sapu tangan tersebut. Perlahan tapi pasti dia mulai menariknya dan...
Tara!!!
Stoples kaca kecil yang memancarkan cahaya indah, kini terlihat jelas. Penampakan kunang-kunang dan beberapa bunga melati membuat toples itu semakin memikat.
Kunang-kunang!! Riang batinnya.
"Kau suka kunang-kunang kan?" Ia menyeringai kecil. Kemudian mengambil telapak tangan miliknya dan segera meletakkan toples kecil yang tak seberapa itu diatas ruang telapak tangannya.
"Ambil saja," ucapnya lembut.
"I-ini benar-benar untukku...? Serius?"
"Kau kira aku bercanda?"
"Tidak... Tapi, aku hanya tidak menduga soal ini..."
Dia tertawa puas mendengarnya.
[Name] meratapi setoples kunang-kunang yang memercik indah seperti bintang. Matanya berbinar, seolah sangat menyukainya.
Rin juga pernah memberikan ku ini dulu... Toplesnya hancur karena komandan mesum itu...
[Name] sedikit mengerutkan kening.
"Terimakasih, aku sangat menyukainya," salamnya dengan penuh suka cita.
Meski toples itu tak seberapa ketimbang yang Rin berikan untuknya, tapi itu sudah cukup membuatnya bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pribumi Dan Nippon (Itoshi Rin x Readers au)
Fanfiction"Aku hanyalah gadis Pribumi dan aku membencimu. Mengapa kau terus bersikap baik padaku?" "Karena aku mencintaimu." . . . . ⛔ I hate who people like to copy this story ✅ If there is something you want to convey, you can provide suggestions, criti...