1. Fly Away

7.7K 276 8
                                    

Bagus memastikan seluruh baju serta benda yang ia butuhkan sudah dimasukkan di dalam kopernya. Besok, ia akan pergi ke Jakarta dan melakukan magang di pusat kota Indonesia selama 6 bulan, ia diterima sebagai digital marketing intern di sebuah agensi entertainment besar yang menaungi banyak artis. Mulai dari pemain film, penyanyi, hingga host televisi ternama.

"Kamera aman, tripod aman, laptop aman, tab aman. Oke, udah aman semuanya," ujarnya mengabsen.

Setelah semua persiapan dirasa sudah aman, ia lantas mematikan lampu dan merebahkan diri. Matanya menerawang di dalam kegelapan kamarnya, esok ia akan belajar hidup mandiri karena mulai besok dirinya sudah tinggal di kota yang berbeda dengan kedua orangtuanya. Bagus tak pernah meninggalkan Bali sedari ia kecil, ia bahkan hanya liburan di sekitar Bali. Bukan karena dirinya tidak mampu, tapi karena dirinya tak diizinkan oleh kedua orangtuanya.

Bagus adalah anak kelima dari enam bersaudara, dirinya adalah anak pria ketiga dari empat pria, setelah kakak pertamanya, kakak keduanya dan adik bungsunya. Sisanya adalah perempuan.

Ia memiliki seorang kakak perempuan, Mbok Bunga namanya. Mboknya satu itu sudah menikah  dengan pria bule asal Jerman, mboknya mengikuti suaminya dan pindah ke Jerman tepatnya di daerah Hamburg.

Mungkin kalian pikir hal itu menggemaskan sampai kalian tahu bahwa alasan dibalik pernikahan mereka bukan karena cinta, melainkan karena bayi yang ada di perut mboknya dulu, kecolongan saat mereka menjadi partner FWB dulu. Untung saja, Frank mau bertanggung jawab dan menikahi mbok dengan adat Bali dan menurut agama Hindu.

Bagus menghela nafasnya sambil memejamkan mata. Terkadang ia kesal pada nasib mboknya yang berpengaruh terhadap dirinya. Karena mboknya, kedua orangtuanya jadi ketakukan Bagus akan bernasib sama dengan mboknya dan lebih parahnya lagi ia yang akan menjadi pihak prianya.

Orangtuanya tak memperbolehkan dia keluar dari daerah Bali agar seluruh kegiatan Bagus dapat dipantau oleh mereka. Selain itu, diumurnya yang sudah 21 tahun, Bagus juga masih punya jam malam yaitu pukul delapan. Jika lewat beberapa menit saja, kedua orangnya bisa langsung murka.

Apabila ia ingin pergi sampai malam, Bagus harus memutar otak dengan bilang ke kedua orangtuanya bahwa ia menginap di rumah teman. Biasanya hal ini dilakukan jika Bagus sedang sangat penat dan ingin 'minum' bersama temannya.

"Gus, adi konden sirep?"
(Gus, kok kamu belum tidur?)

Ah ya, pintu kamarnya juga tidak boleh dikunci sehingga ia harus selalu siap apabila tiba-tiba ada orang masuk ke kamarnya. Entah ibunya, ayahnya, ataupun saudaranya yang lain. Ini dilakukan supaya Bagus tidak melakukan hal 'macam-macam' kata sang ayah.

"Eh, ini mau tidur bu," balasnya langsung menarik selimut.

"Nah sirep ne, mani kan harus bangun pagi"
(Ya tidur gih, besok kan harus bangun pagi)

Setelahnya, ibu keluar dari kamar melihat Bagus yang sudah mengangguk sembari memejamkan mata sebagai jawaban.

Bagus hanya bisa mendesah, karena di rumahnya sendiri ia merasa seperti dikurung. Jangankan berbuat macam-macam, melawan orangtuanya saja ia tak pernah. Kecuali persoalan magang di Jakarta, awalnya kedua orangtuanya tidak menerimanya dan mendiamkan Bagus hampir seminggu. Namun, Bagus akhirnya dapat membuat mereka memahami bahwa Bagus tidak akan bertingkah sama seperti sang kakak atau suami kakaknya dan Bagus yakini ia hanya akan fokus pada magangnya. Tidak dengan wanita.

Lagipula, wanita yang menjadi fokusnya sudah dimiliki pria lain.

*****

"Hati-hati, Gus. Jakarta inggih punika kota sane pergaulannyane bebas. Sampunang kantos i ragane keni pergaulan sane kaon" pesan ayah kepada Bagus sebelum memasuki ruang tunggu pesawat.
(Jakarta itu kota yang pergaulannya bebas. Jangan sampai kamu terjerumus pergaulan gak baik)

The Demon I Cling ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang