18. Bad Idea

1.9K 150 16
                                    

Bagian ini ada 18+ nya yah
Dewasa membaca!!! Yang belum dewasa jangan baca! Inget masih bulan puasa!

Selamat membaca!

Ivanna bersedekap dada kala pintu terbuka. Tatapannya nyalang menatap Bagus yang datang BERSAMA DENGAN AJENG. Maaf capslock, itu sengaja.

"Kenapa?" Tanyanya lesu.

Hm, ganteng. Eh, maksudnya nyebelin.

Bisa-bisanya Bagus nanya kenapa. Ivanna gak cemburu sih, cuma Ivanna gak suka aja kalau Bagus kesini nya sama perempuan lain, apalagi itu Ajeng. Ivanna masih terus bersedekap dan menatap Bagus penuh julid.

Bagus menghela nafasnya dan menunduk lesu, "sudah mau mulai, mbak, bolanya."

Iya sih, hari ini Ivanna memang mengajak Bagus nonton bola bareng. Ada pertandingan antara Liverpool vs Arsenal dalam semi-final piala Premier League. Berkat profesinya sebagai aktris, menghafal nama-nama pemain serta nomor punggung mereka merupakan hal yang mudah bagi Ivanna. Walaupun butuh semalaman lebih untuk memahami aturan permainannya.

"Terus, lo gak minta maaf gitu?" Tanya Ivanna.

Bagus menyerngit bingung. Minta maaf untuk apa? Seingatnya dirinya tak terlambat kok. Dia juga tidak berbuat salah apapun. Maaf kenapa?

"Bagus, lo gak mau minta maaf sama gue?" Kembali Ivanna menekan.

Mengalah sajalah. "Iya, maafin saya ya, mbak."

Dalam sekejap, wajah masam Ivanna langsung berubah riang. "Oke, gue maafin. Yuk, masuk." Ivanna menarik Bagus masuk dan menutup pintu.

Bagus terkekeh pelan melihat tingkah Ivanna. Sangat pelan hingga serupa dengusan. Lucky tiba-tiba muncul kala Bagus melepas sepatunya. Kucing itu mengeong dan mendusel-dusel kaki Bagus. Di hadapan Ivanna.

Dasar centil.

"Halo, Lucky."

Sapaan dari Bagus membuat Ivanna iri. Masa Lucky disapa tapi dirinya enggak. Idih, pilih kasih.

"Kamu baru beli bajunya, ya?" Tanya Bagus kini melangkah ke kamar mandi untuk mencuci kaki.

Ah ya, baju Ivanna. Jersey Liverpool.

"Ih, enggak. Gue udah lama belinya. Lo bawa gak baju Liverpool kayak gini, kalo nggak bawa berarti lo fans bo'ongan."

"Saya gak bawa baju itu, bawanya baju buat tidur sama baju saudara Mbak Ivanna. Sudah saya laundry kok."

"Ih, gak seru. Bukan fans asli lo."

"Emang kamu fans asli? Kalau begitu nama fansnya Liverpool apa?"

Nama fans Liverpool? Ah, ada namanya? Idih, Ivanna mana tahu. Lagian ada-ada aja sih, klub sepakbola sudah seperti grup band korea saja, ada nama fanclub-nya. Ivanna tahu kok kalau fans Seventeen namanya CARAT terus fans Day6 namanya MyDay kalo fansnya Aespa namanya My. Tapi, Liverpool? MyLiver? Ah, kayaknya bukan deh.

"Gak apa-apa, mbak. Nanti saya kasihtau," balas Bagus tersenyum kecil, "sekarang boleh minggir dulu nggak, mbak? Saya mau pipis."

Ivanna memang mengintil Bagus dan kini berdiri di pintu kamar mandi, menahan pintu tak bisa tertutup.

"Ih, kenapa harus di tutup? Gue kan udah liat juga itu lo." Seloroh Ivanna iseng.

Bagus mengangguk lantas menarik gespernya. "Ya udah. Lihat aja."

EH?

APA BARUSAN?

Mata Ivanna yang membulat sempurna dan itu cukup menjelaskan keterkejutannya. Dengan cepat dan tanpa kata ia langsung menutup pintu kamar mandi dan lari ke arah sofa.

The Demon I Cling ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang