30. Little Rush

1.5K 183 51
                                    

"Bagi parfum dong." Pinta Ivanna usai pergulatan mereka.

Bagus yang masih terpejam tak membalas dan menarik Ivanna kedalam pelukannya.

"Aku mau semprot ke selimut ini supaya wangi kamu nempel terus." Lanjut Ivanna manja.

Bagus tersenyum kecil. "Takut kangen ya?"

Bohong kalau Ivanna bilang tidak. Masih dekat dan bertemu setiap hari saja kangen, gimana jauh coba?

Aduh, alay banget, tapi ini beneran!

"Iya. Kamu emang gak kangen sama aku nanti kalau aku syuting lama di Bali? Sebulan lebih loh, aku disana." Adunya.

Bagus membuka matanya dan menatap Ivanna di pelukannya. Cantik.

"Kangen sih," Bagus mengecup kening Ivanna, "tapi aku kan orang Bali. Bisa lah sesekali samperin kamu."

Ivanna mendecak. "Alah, kamu kan magang. Mana boleh pulang kampung."

"Boleh. Izin aja sekali kayaknya gak masalah, iya gak?"

Ivanna mengangkat bahunya, "iya deh." Ivanna sendiri tak menanggapi omongan Bagus serius. Bocil itu kan suka asal ngomong dan Ivanna yakin pria itu tak serius dengan omongannya.

"Ini, semprotin dah sesuka kamu." Bagus menyerahkan parfumnya yang diletakan di meja samping kasur.

"Yeyy," girang sekali, "kalau aku bawa sekalian boleh gak?"

Bagus menjawab dengan anggukan. Apa dirinya sudah pernah bilang kalau Ivanna akhir-akhir ini mirip anak kecil yang jikalau dituruti sedikit saja permintaannya akan sangat senang? Menggemaskan dan membuat Bagus makin sayang.

Waduh.

Pria itu langsung mengatup kembali bibirnya. Entahlah. Hampir setiap saat melihat Ivanna yang menggemaskan membuatnya ingin berkata bahwa dirinya menyayangi Ivanna. Padahal hubungan mereka masih tanpa status, dan jujur saja, Bagus takut menyatakan perasaannya. Kenapa? Karena ia takut, nantinya Ivanna tak memiliki rasa yang sama dengannya dan hubungan mereka kandas.

Bagus tak ingin jauh dari Ivanna.

Bagus lebih memilih untuk memeluk Ivanna lebih erat dan mencium kening wanita itu.

"Beb, aku punya bad news." Tutur Ivanna tiba-tiba yang membuat jantung Bagus berhenti berdetak.

Apakah... Ivanna mendadak ingin Bagus pergi dari hidupnya?

Atau...

Ivanna sebenarnya membenci Bagus dan ingin Bagus mati saja?

"A.. apa, mbak?"

Ivanna meringis, "buat project film ini..."

Sialan. Kenapa di momen seperti ini Ivanna menggantung kalimatnya sih?

"Aku... harus," wanita itu bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap Bagus.

Seserius ini kah?

"Harus apa?"

"Harus cat rambut warna hitam."

"Ya Tuhan.." Respon reflek yang dikeluarkan Bagus karena merasa lega membuat Ivanna merenggut.

"Ih.. kenapa? Kamu gak suka ya?"

Bagus bangkit pula dari tidurnya. "Suka-suka aja. Mau gimana juga kamu tetep cantik."

"Bohong."

"Serius."

"Emang kamu inget rambut hitam aku gimana? Aku udah berbulan-bulan loh rambut merah demi ngikutin preference kamu. Bahkan kalau akar rambut aku udah muncul item-item aku langsung ke salon buat ngecat lagi, beb!" Itu seriusan ya teman-teman. Ivanna memang se-effort itu menjaga rambut merahnya tetap merah. Demi Bagus.

The Demon I Cling ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang