Jika ditanya, apa saja yang bisa berubah selama 1 bulan?
Salah satu jawabannya adalah Bagus.
Selama satu bulan tinggal di Jakarta seorang diri, Bagus sadar bahwa banyak dari dirinya yang berubah. Bukan, bukan tentang fisik. Namun mengenai prinsipnya yang telah ia langgar.
Sebagai seseorang yang di didik dengan adat timur kuat, ia selalu diajarkan untuk melakukan hubungan tubuh setelah pernikahan. Kedua orangtuanya terus mewanti-wanti agar dirinya menjaga diri dan menjaga pikiran. Bagus terus mengingat semua hal tersebut di tengah pergaulan dan kehidupannya di Bali. Bagi teman-teman Bagus di Bali, berhubungan tubuh dengan orang lain tanpa ikatan adalah hal lumrah. Seringkali Bagus mendengar kisah percintaan panas mereka yang membuat kupingnya juga panas.
Bagus tidak seperti temannya Adi yang fuckboy dan suka bermain perempuan lantas berganti-ganti setiap bulannya. Bagus juga bukan Rian yang seringkali mengisahkan one night stand dengan perempuan yang ia temui di kelab. Bukan, Bagus bukan mereka.
Apakah Bagus ingin seperti mereka? Terkadang. Bagus tidak munafik, dia juga menginginkan kebebasan. Bagus ingin menjadi 'nakal'
Dan, nyatanya kini ia telah menjadi sama dengan mereka. Anggaplah Bagus lebay, namun setiap orang memiliki rasa yang berbeda terhadap apa yang ia lakukan. Seperti Bagus yang terus dibayang-bayangi Ivanna dan pergumulan mereka, bahkan kini ia diliputi rasa bersalah kepada Ivanna.
Dan tak hanya itu, Bagus rasa dirinya sudah mulai gila akan Ivanna.
"Gus, bengong aja. Kesana yuk, di dalem biasanya suka ada acara musik gitu kalau udah malam." Tutur Bli Agung mencuil pundak Bagus.
"Eh.. i-iya, bli." Bagus terburu-buru mematikan ponselnya.
"Panik banget, lagi liatin apaan lo? Bokep ya?"
Bagus tersentak. Inilah salah satu culture shock yang masih membuat dirinya shock. Orang Jakarta terlalu frontal dimanapun mereka berada. Bagus juga sering frontal, tapi hanya di tongkrongannya saja! Tidak di lorong Taman Literasi yang ramai orang!
Bagus menggeleng cepat. "Ini memang selalu ramai ya, bli?" Tanya Bagus mengalihkan topik.
"Yoi, Gus. Anak muda kayak lo mesti sering-sering jalan ke sini, cari temen, cari kolega, atau... cari pacar. Lo udah ada pacar belom?"
Pacar? Pft. Bagus saja lagi tak menyukai siapapun.
Kecuali...
"Gak ada, bli. Lagi mau menyendiri aja."
"Yah. Sayang banget udah ganteng gini masih aja jomblo. Cari dong, nih disini banyak cewe cantik," Agung mulai menunjuk, "tuh, tuh, tuh, cantik semua."
Bagus hanya bisa menunduk kala Bli Agung menunjuk banyak perempuan. Bukan gimana, Bagus malu banget. Meskipun begitu, Agung terus saja meledek Bagus soal pacar.
"Perpus itu boleh dimasuki umum, bli?" Tanya Bagus kembali mengubah topik.
"Setau gue boleh ye. Cuma lo mau foto apaan di sana, orang nggak ada apa-apa." Agung membuka pintu perpustakaan kaca. Bagus memang sedikit penasaran sih, jadi ia memilih ikut masuk.
"Silahkan kak, sepatu nya bisa di taruh disana ya." Tutur penjaga perpustakaan.
Di dalam perpustakaan tidak ada banyak orang, mengingat mungkin jam sudah hampir pukul 8 malam, kalau kata Bli Agung sih mereka lebih senang nongkrong di M Bloc. Bli Agung tampak berbincang dengan penjaga perpustakaan setelahnya, sedangkan Bagus memilih melihat-lihat buku yang ada. Terdapat banyak buku tentang self-improvement, positivity, dan novel. Banyak juga buku tentang pengetahuan, baik alam, keuangan, hingga hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demon I Cling To
RomanceSeingat Ivanna, Bagus adalah pria yang bernasib sama dengannya dan penampilan pria itu dibawah rata-rata. Bukannya Ivanna bilang Bagus jelek, ia tampan! Sungguh! Wajahnya penuh ketegasan dan tatapannya menusuk. Hanya saja, pria itu tidak bisa berpen...