27. Chance

1.7K 150 24
                                    

Intan menghampiri Bagus dan Sugoy yang hendak pergi menuju Stadion Tugu untuk meliput event lomba yang melibatkan Putri Atmadja sebagai salah satu atletnya.

"Gus, makasih ya. Ini foto-fotonya udah di publish buat kegiatan tanggal 16 nanti. Maaf ya waktu itu gue marah-marah sama lo." Tutur Intan menunjukan laptopnya.

Bagus melihat hasil-hasil fotonya yang sudah ia edit pula sedemikian rupa. Memang, tidak diragukan lagi skill publikasi, dokumentasi, design yang ia asah kala menjadi panitia kegiatan kampus dulu. "Nggak apa, kak. Kalau hasilnya bagus aku juga seneng."

"Nanti gue traktir deh, sebagai permintaan maaf dan terimakasih."

"Nggak usah kak, aku tulus kok-"

"Ini gue gak nawarin ya, gue maksa." Potong Intan.

Bagus menggeleng tak enak, "sumpah, gak usah kak. Aku gak-"

"Sst!" Ajeng meletakan jari telunjuknya di bibir, "gue traktir pokoknya, gak mau tau."

Bagus tentu saja tak enak untuk menerima tawaran Ajeng. Toh, dirinya juga tak merasa mengambil andil banyak. Bagus ikhlas kok melakukannya, karena hal itu pula dirinya kini bisa memiliki hubungan dengan Ivanna.

Hubungan spesial lagi, katanya.

"Ya udah, boleh kak."

Jawaban tersebut bukan berasal dari Bagus, melainkan Sugoy. Sugoy sudah sedari tadi ingin mengiyakan karena kan secara gak langsung dia yang merekomendasikan Bagus.

"Lah? Ngapa lo ikut-ikutan?"

"Gimana ya, kak... Kemarin soalnya seingat Sugoy yang nyaranin Bagus itu yang namanya Agus itu kak, yang biasa dipanggil Sugoy." Jelasnya diakhir deheman sambil menunjuk dirinya dengan jempol.

Bagus langsung mengangguk mantap, "boleh deh kak, kalau mau traktir kita berdua."

Intan menatap Bagus dan Sugoy bergantian, ini lah yang dinamakan kekompakan. Kompak dalam membuat Intan tekor! "Ya udah, nanti gue traktir lo berdua!"

Kedua pria tersebut langsung tersenyum senang, "makasih Kak Intan," sahut keduanya kompak.

"Ekhem!" Dehaman tersebut membuat ketiganya menengok. "Gue juga di traktir gak?" Tanya Mario.

"Heh! Kontribusi lo apaan!?"

"Gue kan gak jadi manggil fotografer gue, itu namanya kontribusi."

Intan memutar mata males. "Lo berdua mau ke Tugu kan? Ya udah, gih sana jalan. Gue mau gebukin Mario dulu."

Bagus dan Sugoy mengangguk cepat lalu berpamitan kepada keduanya dan lantas pergi. Intan langsung mendekati Mario dan menyentil leher pria itu.

"Jangan gila-gila dah, lu." Omel Intan.

"Bercanda gue, Tan. Btw, lo udah lihat postingannya si Edward belom?"

Rasa kesal Intan surut seketika berganti menjadi rasa penasaran, "kenapa?"

Mario membuka ponselnya dan menunjukkan layar ponselnya. Terlihat hasil screenshoot dari instagram story milik Edward. Sebuah meja dengan berbagai makanan, ditambah dua buah lilin dan bunga. Intan menyerngit dan kembali memahami apa maksud dari tangkapan layar tersebut dan seketika, ia menyadari satu hal.

"Ini... yang di upload Mbak Ivanna beberapa hari lalu kan?"

Mario mengangguk. "Sepertinya, iya."

*****

"Goy, aku mau tanya." Ucap Bagus ketika keduanya ditugaskan untuk membuat mock-up layout lokasi bersama.

The Demon I Cling ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang