4. Ugh, Please Don't Say Her Name!

3.7K 170 11
                                    

Nafas Bagus berderu kuat kala dirinya telah menyelesaikan sesi lari paginya di Jakarta. Setelah seminggu berada di Jakarta, Bagus mulai paham bahwa di pagi hari banyak mobil dan motor yang sudah memenuhi jalan raya dan membuat udara cukup sumpek. Tapi tidak apa-apa. Bukan masalah bagi Bagus karena ia akhirnya bangun lebih pagi di keesokan harinya demi menghindari polusi.

Bagus membuka gerbang kostannya dan melangkah menuju ke kamarnya. Ia menyapa penjaga kost yang sudah mulai membersihkan halaman kostan.

Begitu masuk ke dalam kamarnya Bagus segera membuka baju olahraganya untuk mengusap tubuhnya yang dipenuhi keringat. Matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit. Bagus dengan buru-buru mengeringkan tubuh dan wajahnya dari keringat, dia harus mempersiapkan diri untuk melakukan Tri Sandya lalu berangkat ke Mercerdi.

Selesai berpakaian rapih dan memakai selendang, Bagus segera melakukan Tri Sandya. Setelahnya, ia mempersiapkan seluruh kebutuhannya untuk dibawa ke Mercerdi. Bagus telah melewati masa pembekalan selama seminggu dan untungnya, ia dan Sugoy berada di divisi yang sama yaitu Digital Marketing bersama 3 orang lainnya. Jadi, mulai hari ini ia akan benar-bener berkerja.

Selama seminggu, Bagus bertemu banyak artis terkenal yang sebelumnya hanya bisa ia lihat di televisi. Salah satunya, Ganindra Bimo yang merupakan aktor kesukaannya!

Dan selama seminggu juga ia tidak bertemu dengan sosok wanita ular yang sangat amat dihindarinya. Tentu saja, Ivanna Megan.

Bagus selalu was-was akan kehadiran Ivanna. Ia tidak tahu dimana wanita itu berada di kantornya namun ia selalu berusaha menghindari wanita itu sampai di titik Bagus malah bertanya-tanya apakah Ivanna benar bekerja disini. Setelahnya, Bagus malah merasa lega karena tidak bertemu Ivanna sama sekali.

Bagus mencubit lengannya, "ngapain mikirin tuh cewek aneh sih!?" Geramnya sendiri lantas melaju keluar kamar kostnya.

Bagus melihat Sugoy yang juga baru sampai di depan pagar dengan motornya. Sugoy juga sudah hampir seminggu berangkat bersama Bagus, alasannya agar mereka bisa sampai di waktu yang sama. Selain itu, Sugoy juga tidak masalah karena kostnya Bagus searah ke kantor.

"Sugoy, aku aja yang bawa motornya" ucap Bagus setelah menutup gerbang kostannya.

Sugoy sih gak masalah, malah bahagia banget karena bisa lehoy-lehoy. Jadi ia dengan senang hati menganggukkan kepalanya. "Waduh, jadi enak" balasnya yang mengundang tawa keduanya.

Bagus itu harus tahu diri dalam etika menumpang. Diantaranya, bawa motor atau isiin bensinnya. Jadi Bagus akan melakukan keduanya. Hingga nanti ia menemukan sewa motor, ia akan menumpang ke Sugoy.

*****

Bagus dan Sugoy masuk bersama setelah melakukan scan ID card untuk akses menuju lift yang mengarah ke lantai mereka bekerja. Keduanya berada di lantai yang sama yaitu lantai tujuh. Mulanya, Bagus sedikit terkejut karena gedung-gedung tinggi di Jakarta yang jarang ia lihat di Bali. Bahkan kantornya saat ini sampai lantai sepuluh ditambah lift sambungan menuju ke rooftop.

Canggih.

Bagus dan Sugoy masuk ke lift bersamaan dengan dua pegawai lainnya. Ia menyebarkan senyumannya ke pegawai tersebut yang memang memiliki jabatan jauh lebih tinggi dari dirinya.

"Mahasiswa magang ya?" tanya pegawai wanita yang berdiri di hadapan Bagus dan Sugoy.

"Nggih— eh, maksudnya iya, kak" balas Bagus.

"Tumben ada yang manggil elo 'kak', Jeng" balas pegawai pria di sampingnya sambil terkekeh.

"Eh, lo kenapa manggil dia kak? Panggil 'tante' lebih cocok tau" ledek pria tersebut kepada Bagus yang membuat dirinya tersenyum kikuk.

The Demon I Cling ToTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang