tiga puluh empat

62 6 0
                                    

Alaksa kini membalikkan badannya kearah Liana.

"Hei, lihat gue" ujar Alaksa dengan suara yang dia pelankan.

Alaksa kemudian menghapus airmata Liana yang terus membasahi pipi Liana.

"Liana, its okey ada gue disini" ujar Alaksa yang sama sekali tidak berefek pada tubuh Liana yang bergetar hebat, dengan tatapan kosong.

Alaksa langsung memeluk tubuh Liana dan mengusap pelan rambutnya. Berusaha menenangkan Liana.

"Maafin gue ya, karna datang terlambat" ujar Alaksa lagi, dia benar-benar menyesal karna tidak datang lebih awal sehingga bisa menolong Liana dari kemarahan Annanta.

Liana kini mulai menangis dengan suara yang baru kali ini Alaksa dengar, Liana yang dari dulu dikenalnya hanya sebagai gadis pendiam yang tidak satu kalipun menangis dengan suara, dia hanya mengeluarkan airmatanya tanpa suara apapun.

"Nggakpapa, nangis aja" ujar Alaksa sambil mengusap punggung Liana.

Alaksa menyesal, dia dari awal seharusnya tidak datang dan menghancurkan kehidupan Liana lagi.

Alaksa benar-benar tetap memeluknya sampai Liana lebih tenang, Alaksa kemudian memapahnya menuju tempat tidurnya.

Liana kini duduk bersandar dengan Alaksa yang tetap setia menjaganya. Namun lagi-lagi airmatanya kembali jatuh, dan Liana langsung menghapusnya dengan kasar. Alaksa kemudian berdiri dan kembali memeluk Liana dan mengusap punggungnya untuk menenangkan.

Hiks hiks hiks

Reynal yang baru masuk ke kamar dengan terburu-buru langsung terpaku ditempatnya, setelah melihat Liana yang sedang menangis dipelukan Alaksa. Dia sepertinya sudah terlambat menolong Liana lagi.

Setelah melihat Reynal, Liana kemudian melepaskan pelukan Alaska.

"Lia lo nggakpapa kan?" Tanya Reynal.

Liana kemudian menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, dengan airmata yang terus mengalir. Kali ini dia tidak bisa berpura-pura kuat seperti biasanya lagi.

Reynal kemudian berjalan mendekat dan kini bergantian memeluk Liana lagi. Alaksa yang melihat itu kemudian memilih mundur dan keluar dari kamar Liana, untuk memberi Reynal dan Liana waktu.







🥀







Setelah kembali dari siang, Alaksa sama sekali tidak makan ataupun minum sedikit pun, dia hanya diam memikirkan Liana.

Sedangkan Liana memilih menghubungi Rion dan meminta untuk bertemu agar dia bisa memutuskan untuk mengakhiri pertunangan dengannya secara diam-diam.

Dia juga sudah tahu kalau Rion punya anak dengan Anala, karna tadi setelah Reynal pergi, Bi Yasmin dan Anala datang untuk meminta maaf padanya. Anala menjelaskan semua hal dan Liana juga sebaliknya.

"Gue juga minta maaf ya Nala, karna udah ngerepotin Rion. Tenang aja ini bukan anak Rion kok" jelas Liana pada Anala, yang kini menatapnya dengan tatapan bersalah.

Mereka kemudian berpelukan, setelah itu Bi Yasmin dan Anala pamit untuk pulang.

1 jam setelahnya Rion datang bersama kedua orangtuanya untuk menemui Liana. Menurutnya segala sesuatu yang awalnya dimulai dengan orang tuanya harus dibereskan bersama orangtuanya juga agar bisa mendapatkan penyelesaian.

"Gimana keadaan kamu sayang?" Tanya Erika, Mama dari dengan wajah khawatir.

"Semoga kamu cepat pulih ya Liana" ujar Peter dengan wajah yang sama khawatirnya dengan istrinya.

"Makasih ya Tante dan Om" ujar Liana sambil berusaha tersenyum.

"Liana apapun yang terjadi kami tetap akan bertanggungjawab atas kehidupan kamu" Ujar Peter, yang tahu tujuan Rion mengajak mereka datang.

"Om saya tetap mau memutuskan pertunangan dengan Rion" ujar Liana.

Rion dan Papa Mamanya langsung menatap Liana.

"Kenapa sayang? Mau kamu anak dari keluarga Joanne atau tidak, Rion tetap akan tetap melanjutkan pertunangan kalian, apalagi anak yang kamu kandung itu anaknya Rion kan" jelas Erika, sambil menyusap sayang puncak kepala Liana.

Rion kini bisa kembali ke Colombia dengan tenang, karna semua masalahnya perlahan terselesaikan. Orangtuanya juga sudah menyelesaikan permasalahan mereka.






🥀






Setelah pulang dari rumah sakit Rion langsung menuju ke rumah Alaksa untuk pamit, sesampainya disana Rion langsung naik menuju ke kamar Alaksa yang berada di lantai 2.

"Gue balik ke Colombia malam ini sama Reynal" ujar Rion yang kini masuk ke kamar Alaksa.

"Kenapa bareng Reynal?" Tanya Alaksa yang kini sibuk menyebat rokok di balkon.

"Dia sekalian ikut meeting di Colombia bareng gue ngegantiin Papanya" jawab Rion yang kini berdiri disamping Alaksa.

"Oh" jawab Alaska singkat. Moodnya sedang tidak baik sekarang, apalagi ditambah dengan badannya yang tiba-tiba demam.

"Lo ngapain pake jaket berlapis-lapis?" Tanya Rion setelah melihat Alaksa yang kini memakai hoodie, jaket dengan kancing didepan dan juga jaket jeans sebagai outer.

"Badan gue tiba-tiba demam"

"Waduhh, kalo gitu cepet sembuh Ar, padahal gue mau minta tolong tadi" ujar Rion.

"Minta tolong apa?"

"Ke rumah sakit jagain Liana, gantian sama temen dia"

"Gue bisa" ujar Alaksa yang langsung menerima permintaan Rion.

"Lo yakin?"

"Iya"

"Okedeh kalo gitu" ujar Rion sambil menghembuskan napas lega.

"Oh iya sama tolong jagain Liana ya selama gue disana" lanjut Rion yang kini mengambil rokoknya dan mulai menyalakannya.

Setelah itu Rion pamit pergi untuk kembali ke rumahnya mengambil barang-barang dan menuju ke Bandara, sedangkan Alaksa juga langsung mengambil kunci mobilnya dan menuju ke rumah sakit.

Alaksa didepan kamar rawat inap Liana dengan membawa Ice Cream kesukaan Liana tanpa Liana minta. Badan Alaksa juga masih panas, tapi dia memaksakkan dirinya karna tahu Laura dan Hesly sudah pulang, setelah ditelfon Dokter Sintia yang melihat Liana dikamar sendirian.

Alaksa membuka pintu kamar dengan perlahan dia tidak ingin kehadirannya mengganggu Liana. Alaksa kemudian menuju kulkas dan menaruh semua Ice Cream didalam kulkas yang hanya diisi dengan buah-buahan dan minuman.

Liana yang dari tadi menutup matanya dan berusaha untuk tidur, langsung melihat kearah kulkas setelah mendengar bunyi kulkas yang sedang diotak-atik Alaksa.

"Lo udah makan?" Tanya Alaksa tanpa melihat kearah Liana dan sibuk merapikan Cup Ice Cream agar bisa muat di kulkas.

"Udah" jawab Liana, kemudian dia memilih memperbaiki letak bantal untuk bisa menyandarkan tubuhnya.

"Gue bawain Ice Cream odol" jelas Alaksa setelah mendapati Liana yang hanya mengamatinya, dan kini memilih duduk di samping Liana.

"Lo sakit?" Tanya Liana dengan tangan sebelah yang kini dia letakkan di pipi Alaksa untuk mengecek suhu tubuhnya. Wajah Alaksa kelihatan lebih pucat dan tumben sekali dia memakai hoodie dilapisi dengan dengan boomber sebagai luaran.

Alaksa yang kaget dengan tangan dingin Liana yang masih bertengger di pipinya kemudian mengambil tangan Liana kemudian dia letakkan lagi di sisi tempat tidur.

"Gue baik-baik aja, jangan sentuh gue" ujar Alaksa kemudian memilih menyandarkan kepalanya pada meja disebelahnya. Mendengar itu Liana langsung membalikkan tubuhnya memunggungi Alaksa.

Alaksa sepertinya akan baik disaat tertentu saja. Pikir Liana dalam hatinya.

Laura dan Hesly juga sudah Rion hubungi agar menyuruh mereka untuk tidak kembali ke rumah sakit karna Alaska sudah menjaga Liana.

DRAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang