Liana otomatis menahan tangan Alaksa, apa sebenarnya yang dia pikirkan sampai tiba-tiba datang dan melampiaskan kekesalannya padanya.
"Kalo gitu bukan urusan lo" jawab Liana tanpa melihat kearah Alaksa kemudian menjauhkan tangan Alaksa dari tubuhnya.
"Lo yakin??" Tanya Alaksa. Dia sudah memikirkan semuanya, dia akan menjauh kalau anak yang sedang Liana kandung bukan anaknya. Dia masih memiliki kemungkinan menjadi ayah dari anak itu.
"Kalo ini anak lo, gue pastiin udah gugu--" ucapan Liana langsung terhenti ketika Alaksa langsung membungkam mulutnya, dengan ciuman.
"Jangan lakuin apapun!!" Ujar Alaksa dengan suara pelan kemudian lanjut mencium Liana kembali.
Liana kemudian mendorong Alaksa.
"Lo bisa sama cewek manapun yang lo mau, sedangkan gue harus selamanya sama lo?"
"Maksud lo??" Tanya Alaksa sambil menatap Liana dengan intens.
"Lo ada hubungan kan sama Dokter Anggra?" Tanya Liana dengan wajah kesal, dia baru sadar kalau yang dimaksud Dokter Anggra di rumah sakit adalah Alaksa.
"Terus apa masalah lo?" Tanya Alaksa balik, kenapa harus membawa Anggra.
"Lo nggak malu sama Dokter Anggra dengan kelakuan lo sekarang?" Tanya Liana.
"Sama seperti lo dan Rion" jawab Alaksa yang kini berusaha mencium Liana kembali.
Plaakkkk
"Brengsek!!! Jangan samain gue sama kehidupan liar lo Alaksa!!" Ujar Liana, kemudian mendorong tubuh Alaksa yang hendak memeluknya.
Liana kemudian berjalan kekamar dan meminum susu yang belum sempat dia minun. Dia membutuhkan sesuatu untuk menyegarkan pikirannya.
Sedangkan Alaksa kini hanya melihat Liana yang sedang menikmati minumannya. Dan masuk kembali ke kamar setelah melihat Liana mengambil piyamanya di lemari.
Alaksa memilih duduk di kasur saat Liana mengganti pakaiannya di kamar mandi.
Liana kembali ke tempat tidurnya tanpa memperdulikan Alaksa yang kini sibuk dengan ponselnya.
"Halo Ra" ujar Alaksa setelah mengangkat panggilan.
"..."
"Lagi di tempat temen" jelas Alaksa yang kini berdiri kemudian berjalan kearah samping tempat tidur dimana Liana berada, dan kini sudah menutup matanya. Karna dia benar-benar malas berurusan dengan Alaksa.
"Habis dari sini, aku kesitu" ujar Alaksa yang kini sudah duduk dipinggiran tempat tidur sambil menatap kearah Liana yang berusaha keras untuk tidak terpengaruh dengan keberadaan Alaksa.
"Kamu mau makan apa?" Tanya Alaksa sambil membelai wajah Liana.
Liana otomatis membuka matanya dan membalikan tubuhnya agar tidak berhadapan dengan Alaksa. Dia terganggu dengan sapaan aku-kamu dari Alaksa dengan lawan bicaranya, seorang Alaksa dan aku-kamu? Yang benar saja.
"Itu aja?" Tanya Alaksa lagi.
"Yaudah Ra, see u" ujar Alaksa setelah itu mematikan panggilan tersebut, kemudian membuang ponselnya sembarang.
Kini Alaksa merebahkan tubuhnya disamping Liana.
"Siapa yang tadi ngobrol sama lo di restoran dan anterin lo pulang?" Tanya Alaksa sambil melihat langit-langit apartemen, pada Liana yang membelakanginya.
"Bukan urusan lo" jawab Liana dengan acuh.
"Siapa Liana?" Tanya Alaksa lagi.
"Dengan lo kaya gini, seakan-akan kita punya hubungan, dan sekarang gue kaya lagi dituduh selingkuh" ujar Liana dengan dengan tatapan benci seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAGA
General Fiction"Kalau kamu yang menjadi penyebab luka itu, paling tidak kamu harus menjadi obatnya atau mengobatinya" DRAGA yang artinya Obat.