Musik berdentum tanp henti dan jelas sudah memekakkan telinga Liana sejak masuk tadi. Namun bisa dilihat Liana sama sekali tidak berniat untuk melakukan hal lain selain minum, benar-benar hanya minum, tidak seperti yang lalu-lalu hanya duduk sambil bermain game saja.
Entah sudah berapa gelas yang diteguknya namun sama sekali tidak berefek pada rasa sesak didadanya.
Laura sudah mabuk total dan kini sibuk menggoyangkan tubuhnya dilantai dansa bersama pacarnya, mungkin.
Sedangkan Hesly entahlah, Liana hanya melihatnya terakhir bersama seorang lelaki kemungkinan teman kencannya kali ini.
Waktu menunjukkan pukul 1 Pagi, saat Liana kembali mengecek jam dipergelangan tangannya, kemudian bergegas menuju parkiran tanpa berniat berpamitan dengan Laura.
Saat hendak memasuki mobilnya Liana menemukan mobil yang cukup familiar dihadapannya kini.
Didalamnya terdapat Rion bersama seorang wanita yang sudah duduk diatas pangkuannya dan kini sibuk saling mencecapi satu sama lain.
"Sial!". Umpat Liana kesal kemudian memasuki lalu menyalakan mobilnya dengan sorot lampu yang diarahkan lurus pada mobil Rion.
Bisa dipastikan kedua orang yang kini sedang sibuk memuaskan nafsu bejatnya itu langsung terganggu. Tepat dihitungan kesepuluhnya Liana langsung meninggalkan parkiran.
Tanpa berniat menciduk lelaki yang beberapa hari lalu memberikannya gelar sialan sebagai tunangannya itu.
🥀
Tiba diparkiran apartemen Liana tidak langsung turun dari mobilnya akibat pening dikepala yang menderanya barusan. Dia mengambil sebatang rokok yang baru diambilnya dalam pack tersebut lalu mulai menyulutnya.
Drrt drrt
Melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, Liana langsung mematikan ponselnya tersebut tanpa berniat mengeceknya lagi.
Liana kembali menghisap rokok yang kini diapitnya berharap kejadian beberapa jam yang lalu enyah dari pikirannya.
Namun lagi-lagi air matanya tidak bisa diajak bekerjasama mengingat betapa buruknya kehidupannya.
"Stop... Lia...na.... lo... bah...kan per...nah... nga... lamin... yang lebih... buruk... dari... ini... sialan...". Gumamnya pelan kemudian keluar dari mobilnya seraya menghapus kasar Jejak airmatanya sambil berjalan sempoyongan.
"Lia"
"Rey..."
"Sorry soal tadi". Ujar lelaki dihadapannya sambil mengusap pelan tengkuknya. Walaupun jelas bukan namanya yang dipanggil Liana.
"Se.. mua.... co...wo... e...mang... gitu... ya... Rey...?"
Kemudian tanpa diduga langsung mendekati Rion lalu melingkarkan kedua lengannya pada perut sixpack tersebut dan mendekapnya perlahan.
Rion yang merasa bukan namanya yang dipanggil memilih bungkam dan balas memeluk Liana.
Efek minuman beralkohol itu benar-benar menguasai sepenuhnya sekarang.
"Gue... cuman... butuh ini... sekarang.... Rey...". Lanjutnya pelan sambil menyandarkan kepalanya pada dada bidang lelaki tersebut.
"Rion, panggil gue Rion bukan yang lain". Kali ini Rion hanya mau namanya yang dipanggil bukan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAGA
General Fiction"Kalau kamu yang menjadi penyebab luka itu, paling tidak kamu harus menjadi obatnya atau mengobatinya" DRAGA yang artinya Obat.