tiga belas

2.3K 112 2
                                    

Liana hanya menatap lurus kedepan, tanpa berniat ikut menyoraki para pemain yang baru saja memasuki lapangan seperti penonton yang lain.

Berbeda dari biasanya kali ini Liana benar-benar sendiri karena kedua sahabatnya tergabung dalam anggota cheers sehingga tidak bisa duduk di tribun bersamanya.

"Kaptennya ganteng semua lagi, bingung gue dukung yang mana"

"Anggota tim juga nggk kalah ganteng ya. Dilema adek"

"Kapten tim sebelah aja"

"Tapi pengen ngedukung kapten basket kampus kita juga"

"Iya sih. Yaudah biar adil dukung dua-duanya aja"

"Lebih berat ke kapten kita sih kayanya"

Percakapan itu benar-benar mengganggu Liana, namun apa boleh buat, dia bukan salah satu tipe manusia yang terlalu rajin untuk mengendalikan mulut girang gadis-gadis itu.

Beberapa jam berlalu dan Liana tidak berniat untuk mendukung tim basket manapun, karna yang dia butuhkan sekarang hanyalah pulang.

Dan kini pertandingan tersebut akhirnya selesai dengan skor imbang. Saat Liana hendak bangun dari duduknya matanya langsung menatap seseorang yang dikenalnya kini sedang melakukan sesuatu yang entah itu apa ditengah lapangan basket.

Namun dilihat dari gelagatnya sepertinya akan ada pertunjukan gratis kali ini. Semua penonton sepertinya enggan meninggalkan tribun begitupun dengan para pemain dan anggota cheers lainnya

"Chelsea?". Teriak Rion yang kini menjadi pusat perhatian.

Liana benar-benar tidak habis pikir dengan Rion, kenapa dia yang begitu Playboy masih disukai cewek-cewek, padahal kelakuan brengsek Rion selalu terpampang dengan jelas.

Stupid. Gumam Liana saat melihat target Rion kali ini kegirangan ditempatnya.

Liana akui Rion memang punya bakat memilih pacar yang sangat luar biasa dan kriterianya juga tidak main-main. Lihat saja sekarang ketua cheers kampus Reynal lah yang menjadi targetnya kini.  








🥀








"Pergi ke pesta bareng gue"

Itulah kalimat yang membuat semuanya menjadi hampa kembali dan kali ini sepertinya Rion akan menambah daftar panjang kebrengsekannya lagi dimata Liana untuk kesekian kalinya.

Dia sadar ini bukan sesuatu yang baik untuknya kedepan, tapi dia sudah tidak peduli untuk itu. Dia sadar hatinya bukan hal utama ataupun prioritas sejak dulu jadi kali ini dia hanya perlu bersikap seperti biasa dan mengikuti alur yang diciptakan Mamanya seperti sebelum-sebelumnya.

Sebelum akhirnya memilih untuk pergi, sebuah rangkulan lebih dulu mengalihkan perhatiannya.

"Gue nggak menang kali ini" ujar Reynal yang berlari kearahnya.

Liana menoleh melihat Reynal kemudian tersenyum tipis.

"Iya gapapa"

"Pulang sekarang?". Tanya Reynal kembali dan langsung diangguki pelan Liana.

"Permintaan lo"

"Maksud lo?" Tanya Reynal yang bingung.

"Apa?"

"Kita seri tadi" jelas Reynal.

"Gue tahu, dan tetep gue kabulin" ujar Liana.

Reynal menoleh sebentar kemudian menatap lurus kedepan lalu mengutarakan keinginannya.

DRAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang