delapan

3K 118 0
                                    

"Gimana keadaan Liana Ri?". Tanya Erica-Mama Rion ketika tiba di rumah sakit dengan panik diikuti Peter sang Papa dan tante Annanta yang berjalan tenang diikuti asistennya diujung koridor Rumah Sakit.

"Lagi diperiksa dokter Ma". Jawab Rion seadanya.

"Mungkin Maagnya kambuh lagi, soalnya tadi siang enggak sempet makan". Jawab Annanta Mamanya Liana tenang, tanpa sedikitpun raut panik.

Rion sedikit bingung dengan reaksi yang ditunjukkan Tante Annanta, namun memilih Mengabaikannya ketika dokter yang memeriksa Liana keluar dari ruang rawat Liana.

Liana membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya didepan sebelum akhirnya mendengar dan melihat sekitar dengan jelas.

"Gimana keadaan lo?". Tanya Rion khawatir.

Liana bergeming sesaat kemudian mengangguk pelan, sebelum ingatannya tentang kejadian di toilet membuatnya menghembuskan napas berat.

"Jam berapa?". Tanya Liana pelan nyaris berbisik. Rion kemudian mengecek jam di pergelangan tangannya.

"Jam 2 Pagi"


Kedua kembali diam dengan Rion yang memilih untuk memandang wajah pucat Liana, hingga tatapannya jatuh pada sudut bibir Liana yang sedikit sobek.

"Bibir lo kenapa?"

Liana menatap Rion sekilas, kemudian berpaling dan memilih mengedikkan bahunya.

"Gue orangnya nethink mulu. Jadi kalo gue nanya jawab yang bener biar gue nggak mikir yang macem-macem"

"Bukan urusan lo" jawab Liana.

"Perlu gue ingetin soal ditoilet?". Tanya Rion sambil tersenyum tipis.

"Yang lain kemana?". Tanya Liana mengubah topik pembicaraan.

"Tante Ann udah pulang duluan dari semalem, kalau Orangtua gue baru aja pulang". Jelas Rion.

"Sorry tadi udah nuduh lo" lanjut Rion.

"Iya"

Rion tersenyum, kemudian menjulurkan tangannya perlahan sambil mengusap lembut puncak kepala Liana.

"Mulai sekarang pola makan lo dijaga ya, gue nggak mau lo kenapa-napa". Ujar Rion dengan raut serius.

"Oke". Balas Liana .

"Gue tau lo pasti cap gue brengsek banget kan?"

"Maksud lo?" Tanya Liana.

"Lo tau maksud gue"

"Oh, soal ciuman dimobil itu?". Tanya Liana mengerti.

"Lo cowok normal dan gue nggak peduli sama kehidupan orang lain". Lanjut Liana sambil menatap Rion tanpa ekspresi.

"Parah banget lo, gue bukan orang lain Lia, udah jadi tunangan lo". Balas Rion sedikit tersinggung.


"Diem deh. Gue nggak pernah mengakui itu, dan ya kita nggak pernah tunangan dude. Jadi berhenti nyebut soal itu"

DRAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang