dua

5.9K 188 2
                                    

Reynal tahu jauh didalam dirinya Liana sangat tersiksa, tubuh dan hatinya juga sangat rapuh, dari pandangannya saja Reynal yakin kalau Liana hanya berpura-pura kuat sekarang.

Beberapa saat setelahnya Reynal mengambil kotak P3K milik Liana dibawah tempat tidurnya, yang tidak sengaja didorongnya keluar.

"Nggak berguna banget gue jadi saudara lo, sampe hal kaya gini aja gue lewatin" ujar Reynal sambil menatap nanar kotak tersebut.

Reynal kemudian mengeluarkan betadine, kapas dan plester jemudian mulai mengobati luka serta lebam disekujur tubuh Liana dengan telaten.

Sekitar jam 5 sore Bi Yasmin memasuki kamar Liana dengan membawa nampan makanan berisi bubur dan segelas air putih.

"Makasih Bi"

"Iya tuan, biasanya jam segini Nona akan segera bangun tuan, saya permisi dulu" Pamit Bi Yasmin.

"Baik Bi"

Reynal kemudian meletakkan makanan tersebut dimeja samping ranjang Liana lalu mengambil sofa dan menaruhnya persis disamping tempat tidur Liana.

Beberapa menit menunggu Liana akhirnya membuka kedua matanya begitu menyadari kehadiran Liana, Liana langsung menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

"Ngapain sembunyiin mukanya? Orang gue yang obatin". Ujar Reynal menahan senyumnya melihat tingkah konyol Liana.

Tidak ada reaksi dari Liana setelah mendengar penuturan Reynal barusan. Perlahan Reynal menarik selimut tersebut tanpa adanya perlawanan dari Liana.

"Lo makan dulu. Kata Bi Yasmin dari tadi pagi lo belum makan apa-apa"

Mendengar itu Liana kemudian mengubah posisinya, melihat itu Reynal lalu mengambil air dan menyodorkan air untuk Liana.

Setelahnya Reynal mengambil mangkuk berisi Bubur tadi dan mulai menyuapinya. Namun sebelum itu Liana lebih dulu ingin mengambil alih.

"Gue bisa sendiri". Ujar Liana dengan suara pelan.

Reynal tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat Liana yang sudah kembali seperti semula.

"Masih aja ngebantah" ujar Reynal.

Liana memilih mengabaikan Reynal kemudian mulai memasukan sendok bubur tersebut kedalam mulutnya.

Reynal hanya diam mengamati wajah Liana yang mengeluarkan berbagai jenis ekspresi saat dirasanya bubur yang dimakannya panas, atau meringis tertahan saat sendok tersebut mengenai luka sobek dibibirnya.

Setelah selesai dengan rutinitasnya itu, Liana kemudian menaruh mangkuk dan gelas tersebut di atas nampan kemudian bangkit dari duduk.

"Mau kemana?" Tanya Reynal.

"Naruh ini" jawab Liana sambil melihat nampan ditangannya.

"Lo nggak liat kalau ada gue disini?" Tanya Reynal lagi.

"Gue juga bisa, kalo naruh nampan doang". Lanjut Reynal kemudian mengambil nampan alih tersebut dari tangan Liana kemudian berjalan keluar kamar diikuti Liana dari belakangnya, menyadari hal itu kemudian Reynal mulai melambatkan langkahnya, berharap bisa berjalan bersisian bersama Liana.

DRAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang