Waktu menunjukkan pukul 1 pagi dan Reynal belum berniat meninggalkan kamar Liana, setelah mendapati Liana yang dari tadi terlihat gelisah dan ketakutan dalam tidurnyam
Liana sesekali bergumam meminta pertolongan dan juga memberontak kecil dalam tidurnya.
Tanpa sadar Liana mengeluarkan airmatanya, menangis tersedu-sedu, dan sesekali memberontak gelisah dalam mimpinya lagi.
Reynal menghembuskan napasnya frustasi melihat keadaan Liana.
Siapa yang nyakitin lo Lia? Tanya Reynal dalam hati.
"Bahkan saat lo tidur aja, lo nggak terlihat baik-baik aja". Ujar Reynal dengan suara pelan.
Reynal mengulurkan tangannya perlahan kemudian menghapus bulir airmata yang jatuh disudut mata Liana dan mengusap puncak kepala Liana, sebelum akhirnya memutuskan menuju balkon.
Setelah menghabiskan beberapa batang rokoknya, Reynal melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya. Reynal kemudian membuang puntung rokoknya itu lalu masuk kedalam kamar Liana lagi setelah menutup pintu kaca penghubung antara balkon dan kamar Liana.
Reynal berjalan mendekati ranjang kemudian menaikkan selimut hingga leher Liana.
Reynal kemudian mengambil remote AC dan mulai mengatur suhu kamar Liana agar lebih adem, setelah itu mematikan lampu dikamar Liana.
Reynal memutuskan untuk kembali kerumah pukul 2 Pagi. Reynal kembali kerumahnya dengan raut kesedihan yang tercetak jelas.
Jika saat dihadapan Liana, Reynal mungkin akan berusaha menutupinya namun tidak didepan Papanya yang kini menatapnya menunggunya di ruang tamu dan menunggu jawaban darinya.
"Liana Pah". Ujar Reynal yang kini memilih duduk di sofa yang bersebrangan dengan sofa yang diduduki Papanya.
"Liana kenapa?"
"Dia nyembunyiin sesuatu dari Reynal"
Papanya mengangguk mengerti, kemudian mematikan TV lalu mulai mendengarkan cerita anaknya.
"Ceritain ke Papa sekarang". Ujarnya kemudian menatap putranya prihatin.
"Dia sedang berusaha untuk pergi, dan Rey nggak tahu alasannya apa" ujar Reynal, mendengar itu Andreas-Papanya mengerutkan dahinya heran.
"Pergi?" Ulang Andreas.
"Suicide". Jawab Reynal dengan raut kecewa.
"Liana tidak pernah seputus asa itu Papa rasa. Apa penyebabnya?". Tanya Andreas dengan wajah serius, dia jelas kaget mendengar kabar tentang keponakannya itu.
"Tante Ann"
"Itu bukan hal baru Rey. Kita tahu sejak lama bagaimana perlakuan tante kamu ke Liana" ujar Andreas.
"Rey juga mikirnya gitu, tapi Lia kali ini bener-bener kacau Pah, nggak seperti biasanya. Dia bukan seperti Lia yang Rey kenal Pah"
"Itu tugas kamu untuk mengobati lukanya bersama-sama. Dia butuh seseorang yang bisa menjadi temannya untuk bercerita tentang segala hal yang terjadi padanya" ujar Andreas pada putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAGA
قصص عامة"Kalau kamu yang menjadi penyebab luka itu, paling tidak kamu harus menjadi obatnya atau mengobatinya" DRAGA yang artinya Obat.