dua puluh

2.8K 126 3
                                    

Apapun yang terjadi, hidup akan tetap berjalan seperti biasa. Orang-orang tidak akan peduli apa yang terjadi, dan melanjutkan hidup mereka masing-masing seperti biasa.

Sudah hampir 2 bulan sejak malam itu Alaksa belum kembali menemui Liana. Dan sebaiknya tidak untuk selama-selamanya.

Liana meraba kening dan pipinya bergantian.

Sial, kenapa harus sakit disaat seperti ini. Dia ingin pergi bersama dengan Laura namun tubuhnya benar-benar tidak bisa diajak bekerja sama.

Laura mengajaknya untuk menemaninya ikut acara Expo yang diadakan kampusnya, karna Hesly juga sudah ke Belanda untuk pertukaran pelajar, dan juga karna Laura mau mencuci mata dengan melihat mahasiswa dari prodi lain.

Walaupun menurut Liana hal itu tidak ada gunanya karna percuma juga hanya melihat kalau tidak bisa memiliki, dan lebih parah kalau sampai jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu hanya menyiksa diri.

Drrtt drrrt drrt.

"Halo Lau--"

"Lo dimana? Jadi kan Lia"

"Sorry Lau, Gue nggak ikut--"

"Lo sakit?"

"Enggak, gue nggak bisa aja"

"Gue kesitu terus ke rumah sakit ya"

"Cuman demam Lau, nggak usah"

"Udah beberapa hari ini, gue lihat lo pucet banget ya"

"Gue cuman perlu istirahat"

"Tapi Lia--"

"Have fun ya, bye"

Tepat pukul 1 pagi, bunyi pintu apartemennya dibuka. Liana yang dari tadi meringkuk ditempat tidurnya tidak menyadari akan hal itu, dia masih berkutat dengan suhu tubuhnya yang semakin panas.

Liana bingung kenapa tubuhnya tidak membaik padahal tadi dia sudah meminum obatnya. Lebih tepatnya meminum obat tanpa makan.

Lelaki itu membuka pintu dengan perlahan dan berjalan kearah tempat tidur Liana. Dia Alaksa, lelaki yang menghilang hampir 2 bulan entah kemana.

Alaksa perlahan naik dan tidur disamping Liana tanpa mengucapkan sepatah katapun. Hanya mengambil remote AC, menurunkan suhu kamar dan masuk ke balik selimut.

Setelah beberapa menit diam, Alaksa mulai memiringkan badannya kearah Liana dan mulai memeluknya dari belakang.

Liana jelas sangat kaget namun memilih untuk tidak mengatakan apapun. Sampai wajah Alaksa tidak sengaja mendekat dan menyentuh lehernya.

"Badan lo panas" bisik Alaksa yang membuat Liana terpaku diposisinya. Liana sedang tidak ingin berhadapan dengan lelaki ini. Dia benar-benar hanya butuh istirahat, karna sudah hampir seminggu ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

"Lo juga" balas Liana dengan sangat pelan. Suhu badan Alaksa sama panasnya dengan Liana. Jujur saja selama ini Liana tidak pernah melihat Alaksa sakit.

"Hm" Balasan Alaksa menjadi penutup percakapan mereka.

Alaksa juga hanya ingin mengistirahatkan pikiran dan badannya. Keduanya lalu tetap tertidur dalam posisi Alaksa memeluk Liana dari belakang.

Waktu menunjukkan pukul 10.13 saat Liana mulai membuka kedua matanya. Hanya ada suara AC, dan kamar yang dalam keadaan gelap.

Liana membalikkan badannya dan menyadari tempat disebelahnya sudah kosong.

DRAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang