22. I am waiting for your back.

150 15 1
                                    

"...."

"Dokter Natan....wajah anda sangat lesu seusai rapat tadi, sesuatu terjadi?" Tatapan Rafaela menjadi khawatir seusai melihat Natan yang nampak seperti mayat kering dengan wajah lesu di sebelahnya

Natan yang menyadari pertanyaan kekhawatiran tersebut kini menatap si penanya lalu menjawab dengan gelengan, ia lanjut menatap ke bawah dengan tatapan yang sendu kembali.

Rafaela hanya menaikkan kedua bahunya lalu memilih diam, ia paham bahwa pastinya ketua Forensik di Rumah sakit Pusat Moniyan ini memiliki masalah yang sebaiknya ia pendam sendiri.

Di kala lift terbuka Rafaela kini menginjakkan kaki keluar "saya akan lanjut mengurusi pasien, semangat untuk hari ini dok" Wanita itu melambaikan tangan tepat seusai pintu Lift tertutup.

Natan kini menghela nafas dan membenarkan kacamatanya, kemudian tangannya menekan tombol menuju ke lantai 3 dimana itu adalah area lantai khusus Forensik.

Getaran Handphone dari sakunya membuat ia tersentak sedikit karena terkejut, di rogohlah alat serba bisa tersebut lalu melihat siapa dalang pembuat Handphonenya yang dalam keadaan silent tersebut bergetar berkali kali

"Ling?" Ia mengangkat panggilan tersebut dan langsung di sambut oleh suara tersendu seorang Pria yang kedengaran sedikit halus

"Kak Natan...maaf...apa kamu sibuk?"

"Tidak, ada apa Ling? Seusatu terjadi?"

"Kak..bisa temani aku? Aku ingin cerita denganmu..."

"Tentu, dimana kamu sekarang?"

"Aku di depan pintu rumah sakit pusat Moniyan.."

"Whoa! Kenapa kau kemari? Tunggu sebentar aku di dalam lift...tunggu ya, aku akan kesana..." Ia mengakhiri panggilan lalu menekan kembali tombol tujuan lantai menuju ke lobi utama.

Pikirannya sedang pusing pusingnya di tambah oleh adik tidak sedarahnya yang menangis di rumah sakit ia bekerja, ah ya dan juga satu lagi! Dia tidak bisa menyampaikan pesan selamat tinggal kepada Aamon saat ia berangkat wajib militer! Mengapa?

Karena rapat dadakan yang bertepatan dengan jam keberangkatan Aamon dari Mansion yang otomatis menuju ke bandara langsung, seharusnya Natan menghantarkan kepergian sementara Aamon dari rumah ke Bandara tapi takdir berkata lain

Terlebih mereka tidak sempat bersengama kemarin malam karena sibuk mengurus tentang masalah kelahiran keponakan mereka, ya... Gusion akhirnya melahirkan semalam dengan kondisi jabang bayi yang Prematur sehingga di butuhkan perawatan mengunakan Inkubator selama sebulan lebih

Claude senantiasa menemani sang istri selama proses persalinan terjadi hingga sekarang pastinya.

Kembali ke Rumah sakit pusat Moniyan dimana tempat Natan bekerja, tubuhnya kini keluar dari pintu lift dan segera menuju ke depan pintu lobi utama rumah sakit tersebut.

Ia tatap seorang Omega bersurai putih yang tengah menangis di kursi paling pojok ruang tunggu lobi utama, segera ia hampiri sok-sok tersebut dan memeluk eratnya.

"Kak Natan...kak Natan...." Yang di peluk kini memeluk kembali yang lebih tua dengan air mata yang terus menerus turun dari netra ungunya, apa Ling rela datang dari apartemen yang ia berikan kemari hanya untuk memberikan keluh kesah?

Love Is A Case [Amonat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang