28. Come back please...

125 10 2
                                    

Gadis itu meringkuk ketakutan di sebelah pria yang sedari tadi mengelus elus pundaknya, ia terus menerus meneteskan air matanya dan sesegukan "Aamon, kurasa aku sudah tak bisa lagi...mama akan marah lagi..." Ucapnya lemas

"Kenapa?" Pria itu menjawab, mendongakkan kepalanya yang tertunduk sedari tadi untuk melihat kepala si gadis-nya yang masih bersembunyi di kedua pahanya.

"Aku gagal masuk kedokteran..." Ia mendongakkan kepalanya, melihat sepucuk surat berisi pengumuman tentang penerimaan mahasiswa/i  kedokteran di kampus Eruditio.

Aamon yang menyadari hal itu mencoba untuk mengabaikan kesedihan di dalam pikiran gadis-nya "Floryn, jangan menangis...hey lihat aku-"

"-Mama pasti sangat marah...dia akan membunuhku nanti..." Ucapan itu membuat Aamon teringat akan kejadian yang menimpa Floryn tempo lalu yang hendak bunuh diri saat pertama kali bertemu

Aamon berucap, "Floryn, aku bisa membantumu masalah biyaya akan ku carikan kuliah kedokteran swasta-"

"-Mon...aku bahkan belum menceritakan tentang hubungan kita selama ini kepada mama! Dia hanya mengenalmu sebatas teman dekat ku! Apa kau lupa saat dia membentak dirimu yang saat itu mengantarkan ku pulang dari tes masuk dulu?!!" Jawab Floryn penuh emosi

Langsung Aamon memeluk tubuh kecilnya sambil berbisik  "jika begitu biarkan aku yang sebagai 'teman' di mata ibumu membantu masalah kedokteran ini ya...kumohon, tetaplah hidup untuk ku-

-GAHH!!!"

Aamon tersentak dari tidurnya saat itu juga.

Ia menatap penuh keterkejutan atas mimpi yang baru saja ia alami. Akhir akhir ini ia selalu memimpikan hari hari sebelum Floryn, matenya yang dulu meninggal karena bunuh diri.

Bahkan kepalanya langsung membenging saat itu juga sehingga ia reflek untuk bangun dari posisi berbaringnya.

Ia melihat kondisi kamarnya yang nampak berantakan, ada beberapa bungkus obat penekan rut yang sudah terbuka kemasannya, infus yang isinya kosong berantakan, lalu yang lebih mengejutkan gundukan selimut yang membentuk seperti orang yang meringkuk di sebelahnya.

Ia juga bangun dalam kondisi telanjang tampa satupun benang yang menutupi tubuhnya. juga ada jas dokter milik Natan dan tas kerja miliknya apa Natan yang berada di dalam gundukan selimut itu? Aamon tidak tahu, pikirannya kalang kabut saat ini. Seolah olah kepalanya baru saja terbentur dengan kencang.

Ia buka perlahan gundukan selimut itu, dan ia tataplah wajah pucat Natan dengan rambutnya yang mulai panjang itu kusut seolah terkena gesekan terlalu banyak serta banyaknya bercak merah di sekujur tubuhnya

Merasakan cahaya yang mulai menyinari kelopak matanya membuat Natan mau tak mau harus membuka matanya, melihat apa yang sedang terjadi.

Natan tatap Aamon yang tersenyum kepadanya, ia mengusap usap matanya sambil berdiri dari posisi merengkuk-nya"Mon? Mnnh, sudah bangunh?" Tanya si surai silver yang justru di jawab kecupan di pipi oleh Aamon

"Pagi sayangku" Ucap Aamon yang kini memeluk Natan dan membawanya berbaring kambali, Natan tidak menjawab apapun dan memilih untuk memeluk kembali tubuh Alpha-nya.

"Aku hampir tidak mengenalimu, rambutmu sudah mulai panjang..." Aamon cium pipi mungil Natan

Ah ya...selama setahun mereka tidak bertemu Natan memilih untuk memanjangkan rambutnya, ia merasa nyaman dengan itu karena kelainan langka yang membuat rambutnya naik itu tidak terlalu parah seperti kala rambutnya pendek. Walau sebenarnya sedikit menganggu saat kerja.

Natan tersenyum nakal "mnh...kau suka? Aku sengaja memanjangkan rambutku agar dirimu bisa menjambak ku saat berhubungan" Ucapnya frontal membuat Aamon duduk kembali dengan kedua mata yang membulat menatapnya

Love Is A Case [Amonat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang