18. When you know you know.

200 13 2
                                    

Entah mengapa, kini Angela dan Natan berada di restoran pinggir jalan, sebuah restoran yang tidak juga di bilang mewah.

Natan memakan steak di depanya dengan tatapan kosong dan Angela hanya diam sembari memakan steaknya pelan.

Tidak ada perbincangan yang di lakukan mereka berdua, selama menikmati hidangan daging ini Angela sangat khawatir dengan perilaku dingin tiba tiba Natan.

Tidak biasa calon istri atasannya ini bersikap dingin dengan tatapan kosong, dia adalah pribadi bahagia serta harus melakukan semuanya dengan sempurna di mata Angela yang dulu.

Jadi mengapa mereka disini? Seusai Natan membuka diary tersebut dan menemukan bahwasanya ada tulisan yang membuat dirinya overthinking ia menolak sepiring Macc and cheese untuk makan malam saat itu, dan berucap hendak keluar dengan nada dingin.

Sebenarnya ia tidak mengajak Angela tapi wanita itu berikeras untuk ikut, ia sudah memiliki firasat akan di usir nanti tapi ia tetap harus melakukan perintah tuanya. Yaitu menjaga Natan.

Angela sudah selesai dengan makanya, ia lantas memberanikan diri untuk bertanya "tuan....maaf jika menganggu anda, tapi...apa anda baik baik saja?" Tanya Angela cemas, Natan kini tersadar lalu menatap si penanya.

"Mn...aku tidak apa, Angela...lanjutkan saja makanmu udaranya dingin...selagi hangat nikmatilah" Ia menghindar, sangat jelas ia sekarang mencoba menghindari pertanyaan orang lain tentang keadaannya, sesuatu pasti terjadi.

"Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam lebih 30 menit, tuan Aamon akan tiba di rumah sebentar-"

-BRAK

Natan mengambil handphone miliknya yang tergeletak di atas meja dengan kasar, bahkan sampai membuat Angela tersentak "pulanglah...aku sudah memesankan taxi untuk mu" Natan memotong ucapan Angela, lantas wanita itu melihat ke bawah sejenak ia merasa tak enak di posisi ini. Di lain hati ia ingin pulang untuk mengurus kepulangan Aamon dan di lain hatinya lagi ia harus mengurus Natan sekarang, urgh terlebih saat ini Natan melarangnya membawa alat komunikasi.

"Ahh ya, aku lupa bahwasanya kau adalah bawahan orang banyak perintah itu...pulanglah saja Angela...aku tahu dia pasti akan mencarimu seusai menginjakkan kaki di Mansion itu" Ucap Natan dengan nada merendah, Angela yakin betul bahwa orang di depannya ini bukanlah Natan.

"Mengapa hanya diam? Pulanglah dan jelaskan saja bahwa aku butuh ruang. Ucapkan kepada dia untuk tidak perlu mencariku!" Natan meninggikan sedikit nada bicaranya, sontak Angela kini berdiri lalu menunduk dan berlari pelan meninggalkan Natan seorang diri.

"Maaf Angela...maaf sudah membentak kepadamu...." Tutur Natan pelan, tak sadar ia merintikkan air matanya.

Mau tak mau ia melanjutkan menghabiskan steak di depanya dengan air mata yang terus mengucur dari netranya. Ia mengabaikan seluruh orang yang berlalu lalang di sebelahnya, ia hanya mempedulikan perasaannya yang hancur.

Kini hujan turun semakin deras, bunyi atap yang berisik serta gemuruh petir saling beradi kencang dari luar. Natan masih diam di atas meja, dengan tangan yang memegang keningnya sembari memijatnya pelan.

Seorang pelayan datang ke arahnya, "mohon maaf tuan...kami akan segera tutup dalam satu jam lagi, apa boleh saya membereskan meja anda?" Tanya pelayan itu sopan, Natan menjawab dengan anggukan.

"Mn...serahkan juga billnya kepadaku" Natan menjawab dengan nada pelan, ia sangat pusing saat ini.

"Kami menyediakan mantel gratis, apa anda mau? Akan saya ambilkan" Tawar pelayan itu yang kemudian di jawab gelengan oleh Natan.

Kini pelayan itu hanya diam sembari membersihkan meja yang di tempati Natan dan Angela tadinya, ia paham pelanganya ini sedang dalam keadaan buruk sehingga tidak ingin banyak berbicara

Love Is A Case [Amonat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang