|Aamon Mansion's|
Kala kaki Natan menginjak oermukaan pavling depan rumahnya angin berhembus pelan menyapa dirinya seolah berbicara bahwa kepulangannya merupakan anugerah besar yang harus di rayakan.
Ia tersenyum melihat rumah yang besar di depanya. Matanya membentuk bulan sabit yang sempurna "Aku pulang.." Bisiknya pelan hingga angin semakin berhembus kencang sekarang.
Kala ia hendak membalikkan badan untuk berbicara dengan Estes pandanganya teralihkan kepada sebuah bunga kuning yang bertebaran berada di taman sebelah rumah besar disana
Ia melangkah menghampiri dan tertegun sejenak, 6 hari ia tak ada di rumahnya dan secara tiba-tiba ada taman bunga matahari di taman itu
Salah satu bunga favoritnya, namun mengapa?
Namun ia hanya tanganya terulur untuk meraih kelopak bunga yang bewarna kuning emas itu, merasakan kelembutan di ujung jemari lentiknya.
"Natan! Astaga ku tinggal bebicara dengan Leomord kau sudah sampai sini saja!" Panggil si surai putih, membenarkan kacamatanya kala ia berjalan menghampiri Natan.
"Sudah pulang kah?"
"Mn, Nona Valentina memanggilnya tadi"
"Oh....ah ngomong ngomong Estes, kenapa ada bunga matahari disini?" Natan bertanya
"Oh...itu, Aamon merasa bahwa engkau kurang hiburan di rumah ini sehingga ia memilih untuk menanamkan bunga favoritmu kemarin, ah juga ayunan disana agar engkau bisa bersantai menikmati aroma bunga cantik ini" Jelas Estes membuat Natan terdiam
"Megapa sesusah susah ini? Aku baik baik saja kok--Akh!-"
"-Eh! EH!! NATAN! Kenapa?!"
Suara teriakan Estes kala menyebut namanya membuat seluh orang di mansion itu menghampiri asalnya, terutama si surai abu dengan apron dan wajah yang berantakan akan tepung. Ia langsung menghampirinya dan mengangkat perlahan tampa bercekcok di taman itu.
"Duduk pelan pelan...nah, apa ada yang sakit? Kepalamu? Perut? Bayinya baik baik saja? Mau minum?" Tawar Aamon yang langsung menyodorkan gelas berisi air kepada Natan
"Tidak..ahaha keram biasa Aamon" Jawabnya, menerima gelas tersebut.
Kabar bahwa Natan terbangun dari koma hanya dapat di dengar melewati telepon oleh Aamon, ia sangat sibuk mengurusi penghakiman sekarang. Bahkan ia rela tidak mengikuti sidang di pagi hingga siang untuk menyapa kepulangan istrinya sendiri.
Telepon di atas meja depan mereka berdering, handphone dengan case biru navy dengan sebuah foto pernikahan di bagian wadah photocard disana. Itu milik Aamon.
Menyadari panggilan telepon itu dari seorang jaksa dari layarnya membuat Natan hanya bisa menghela nafas, ia paham benar bahwa suaminya itu menahan diri untuk tidak menerima panggilan tersebut karena dirinya. "Aamon, itu penting..." Ucap Natan.
"Aku tidak-"
"-Jangan jadikan aku penghalang kerjamu, pergilah...ku tunggu kepulanganmu"
Mendengar ucapan terakhir yang di ucapkan Natan langsung sebuah api semangat mengebu-gebu keluar dari Aamon, ia mengangguk antusias dengan senyuman mendengarnya "Mn, aku berangkat" Ucapnya yang segera pergi dari tempat tersebut.
Kepergian Aamon di barengi oleh Valentina beserta Leomord yang masuk ke dalam rumah, melihat raut wajah Aamon yang nampak semangat dengan langkah yang terburu buru ia sudah tahu akan apa yang sedang terjadi kepadanya barusan "Sungguh ya, dia itu mudah sekali menjadi orang yang penurut usai menikah" Ucapnya
"Bunda!" Seru Natan senang melihat kedatangan wanita yang ia anggap ibu sekarang, Valentina menjawab dengan senyuman mendengarnya.
Sementara Estes dan Leomord saling bertatapan terkejut karena tak menduga mereka akan bertemu secara kebetulan untuk kedua kalinya, "A-Aku akan kembali ke rumah sakit-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is A Case [Amonat]
FanfictionSeorang Forensik yang bertemu dengan Ketua kepolisian. Cinta dan sebuah pekerjaan, dimana kedua hall ini sungguh susah untuk di satukan, Cinta itu kasus. Natan Parker, seorang ahli Forensik yang patah hati karena Alphanya meninggal dalam kasus pem...