Bunyi kicauan burung serta sinar matahari yang menyinari kelopak mata Aamon membuatnya terpaksa membuka matanya dengan malas.
Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya muncul, ia merogoh kacamata milik istrinya yang ia rasa berada di meja sebelah kasurnya lalu menghadap ke arah sebelahnya.
"Natan...bangun, kacamatamu..." Panggilnya dengan suara yang serak, tak mendapatkan jawaban membuat Aamon kini membuka mata sepenuhnya.
Tak ada kehadiran Natan sama sekali, mungkinkah ia sedang ke kamar mandi? Kandung kemih ibu hamil selalu di tekan oleh bayi sehingga mereka perlu bolak-balik ke kamar mandi setiap harinya.
"Natan!!" Panggil Aamon lesu, sungguh aneh sekali.
Biasanya Natan akan memakai kacamata yang tebal sebelah kemanapun ia pergi, namun kali ini tidak.
Lalu Aamon tersadarkan bahwa pintu kamar mandi di ruangan mereka terbuka lebar tampa kehidupan sama sekali, merasa janggal segera ia pergi beranjak dari kasur untuk mengeceknya.
Namun nihil, tidak ada dia dimanapun, "Dimana dia?" Tanya Aamon kebingungan.
Saat ia menoleh ke jam dinding ia melihat bahwa jarum pendek disana sudah berada di angka 9, biasanya Lunox akan membangunkan mereka jika sudah di jam 8 pagi.
Aneh.
Semua ini aneh.
Apa Aamon masih bermimpi? Tidak, Aamon masih bisa merasakan tumitnya menyentuh lantai.
Ia segera beranjak keluar kamar, menuruni tangga hingga ke lantai satu lalu memanggil manggil Angela, selaku kepala pelayan yang selalu tidur di jam 11 malam dan bangun di jam 5 pagi. Mungkin ia tahu sesuatu, pikirnya.
"Angela!! Angelaa!!" Panggilnya tampa jawaban.
Aneh.
Namun pandangan Aamon beralih kepada sebuah jejak tetes darah kering dari lantai, di lihat lihat itu membuat jejak dari pintu utama rumah ke pintu ruang kerja yang biasa di gunakan oleh Duke dulu.
"Ada apa ini?" Monolognya seraya mengikuti jejak darah tersebut yang tertuju kepada ruang kerja Papanya, dengan hati hati ia mendorong pintu usang itu lalu membulatkan matanya.
Ia melihat kubangan darah yang mulai mengering di depan meja kerja Papanya.
Ia segera berlari mengikuti jejak tetes darah yang kini menuju ke pintu utama, di bukalah pintu besar itu dan ia melihat jejak tetes darah kering yang berhenti menjadi kubangan kecil.
Oke, bisa di simpulkan bahwa seseorang baru saja mengalami pendarahan hebat di bagian tubuh yang terdapat banyak pembuluh darah.
Korban itu tergeletak lumayan lama sehingga terciptalah kubangan yang lumayan besar di ruang kerja Papanya, lalu setelah seseorang menemukanya ia tergesa-gesa menbawa korban menuju ke mobil di depan rumahnya.
Namun ada orang lain yang bekerja sebagai si supir karena kubangan darah di depan teras pintu utama sedikit, bertanda bahwa korban segera di masukkan ke dalam mobil usai sampai di depan teras pintu utama di lihat dari kubangan darahnya.
Aamon kembali menuju ke ruang kerja, menatap lantai secara seksama. Ia melihat sebuah serpihan debu aluminium di lantai yang berjarak lumayan dekat dengan posisi kubangan darah kering.
Aamon usap usap debu alumunium itu lalu menciumnya, mendapati bau bubuk mesiu Aamon sudah menemukan senjata apa yang di pakai oleh pelaku, itu pistol.
Seharusnya benda itu berbunyi sangat kencang sehingga ia terbangun, namun kenapa tidak?
Kali ini ia beralih kepada darah kering yang menempel pada lantai, ia kerik perlahan darah kering itu tampa jijik menciumnya.
Valentina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is A Case [Amonat]
FanfictionSeorang Forensik yang bertemu dengan Ketua kepolisian. Cinta dan sebuah pekerjaan, dimana kedua hall ini sungguh susah untuk di satukan, Cinta itu kasus. Natan Parker, seorang ahli Forensik yang patah hati karena Alphanya meninggal dalam kasus pem...