"Ohh jadi lo di tembak Biru?" pemilik suara itu ialah Agatha. Saat ini keempat gadis cantik itu sedang berada di kelas Gelora dan Amora.
Tadi saat bel baru saja ber bunyi. Alexia dan Agatha datang ke kelas Gelora dan langsung memaksa nya untuk menceritakan ada hubungan apa ia dan Biru. Ketiga sahabat nya terlihat sangat penasaran.
Dan setelah Gelora menjelaskan baru lah mereka mengangguk mengerti.
Amora menatap Gelora curiga, "Bukan nya lo sama Biru baru kenal? kok langsung lo terima?" tanya Amora.
"Sebenernya Biru gak minta persetujuan gue buat nerima atau nolak. Dia langsung meng klaim gue." jelas Gelora. Ia tak sepenuh nya menceritakan apa yang terjadi. Apalagi yang di apartemen.
"Seriously? gak nyangka gue anjir!"
"Dan lo suka dia?" Alexia yang sedari tadi menyimak akhir nya angkat bicara.
"Suka. Dan gue juga sempet ketemu dia."
"Ketemu?" kening Alexia berkerut bingung.
Gelora mengangguk kemudian menjelaskan pertemuan nya dengan Biru.
"Hmm apapun keputusan lo kita selalu dukung. Asal lo bahagia, tapi--" Agatha menjeda omongan nya, kemudian menatap Gelora serius.
"Tapi apa?"
"Tapi kalo dia nyakitin lo kita yang bakal ngasi dia pelajaran." lanjut Agatha yang dia balas anggukkan setuju oleh Amora.
Gelora tertawa, "Emang lo berani?" tanya nya di sela tawa nya.
"Be- berani dong. Mana mungkin kita gak berani." jawab Agatha dengan wajah yang dibuat-buat berani.
"Iya-iya deh." balas Gelora seakan-akan yakin.
"Lo gak perlu ragu sama kita bertiga. Lagian, sebelum Biru ngapa-ngapain kita. Kita duluan yang bakal ngapain dia." ujar Amora memasang wajah songong. Sembari mengangkat dagu nya tinggi.
Alexia mendengus geli, "Mang eak?"
****
Gelora bersenandung kecil. Ia membuka seragam sekolah nya satu persatu. Menyisakan tanktop dan hotpants bewarna hitam nya. Setelah mengantarkan nya pulang, Biru langsung pergi. Gelora sudah menyuruhnya mampir, tapi kata nya ia ada urusan penting.
Ah mengingat cowok itu membuat Gelora menggeleng kan kepala nya tak habis pikir.
Tok tok tok
"Masuk bibi!" teriak nya.
Ceklek
Pintu kamar terbuka. Hera tersenyum ramah kemudian melangkah masuk.
"Nona sudah ditunggu oleh tuan Adelard di bawah." ucap nya memberi tahu.
"Lah daddy sudah pulang bi?" tanya Gelora heran. Ia pikir Adelard akan pergi sampai dua hari atau beberapa hari kedepan.
"Sudah nona. Tuan bahkan membawa 'kan beberapa makanan favorite nona." cetus Hera.
Gelora tersenyum senang, "Benar kah?"
Hera tersenyum geli, "Tentu nona. Bibi perhatikan seperti nya nona hari ini sangat bahagia?" tanya Hera heran.
"Ah mungkin itu hanya perasaan bibi saja." elak Gelora seraya tersenyum malu.
"Hmm, nona seperti nya sedang memikirkan pria itu." kata Hera terkekeh geli. Tidak heran mengapa Hera tau, karna Gelora sendiri yang menceritakan pertemuan nya dengan Biru. Eh tapi waktu itu ia hanya bercita saja. Karna itu sudah menjadi kebiasaan Gelora. Yah Hera sudah ia anggap sebagai ibu nya.
"Tidak! Lora tidak memikirkan Bir-ehh." Gelora menepuk pelan bibir nya.
"Hmm seperti nya nona sudah tau nama nya. Bir? apakah nama nya Bir?" Hera semakin gencar menggoda nona muda nya ini.
Gelora melotot galak, "Ish bibi sangat menyebal 'kan." gadis itu berjalan ke arah kamar mandi, dengan kaki yang dihentak-hentakan.
Hera tertawa melihat tingkah Gelora. Ia ikut bahagia jika melihat nona muda nya bahagia. Namun senyum Hera menghilang ketika mengingat keadaan Gelora dahulu. Ia menyaksikan bagaimana menderita nya Gelora saat berjuang melawan rasa trauma nya. Iya, Hera sudah menemani Gelora sejak lama. Tepatnya saat Gelora pindah dan tinggal di Australia.
Hera sendiri adalah orang Australia, yang merawat Gelora sejak gadis itu tinggal di sana. Itu lah alasan nya Gelora selalu berbahasa baku ketika berbicara dengan nya.
Ah lupakan tentang itu. Ia harus menyiapkan pakaian Gelora. Sebelum nona nya itu selesai mandi.
****
Gelora berjalan riang ke arah Adelard. Gadis itu tersenyum secerah matahari. Membuat Adelard menatap nya heran, namun tak urung ikut tersenyum.
"Selamat sore daddy." sapa nya bahagia. Gadis itu mendudukkan tubuh nya di sofa.
"Sore princess." balas Adelard.
"Hmm sepertinya princess daddy sedang bahagia. Katakan, apa yang membuat putri daddy bisa sebahagia ini." lanjut Adelard mengelus rambut Gelora dengan sayang.
Gelora tersenyum, "Hmm daddy kepo."
Adelard terkekeh lucu. Kemudian mengganguk paham, "Baiklah. Jika Gelora tidak ingin memberi tahu daddy." cetus Adelard santai. Toh ia bisa mencari tau sendiri.
"Jadi, apa yang daddy bawa untuk Gelora?"
"Banyak. Daddy membelikan Gelora pakaian dan juga makanan."
"Makasih dad. Tapi kaya nya daddy gak usah beliin Lora apapun lagi kalo abis pulang dari luar negeri. Lagian pakaian Lora udah banyak dad." jelas Gelora.
"Daddy akan tetap membelikan nya. Sudah, daddy akan beristirahat dahulu. Lora silahkan makan lalu lihat pakaian yang daddy bawakan." ucap Adelard seraya mengecup kening Gelora. Lalu beranjak menuju kamar nya.
Gelora mendengus sebal. Daddy nya sangat keras kepala. Kadang ia sebal. Baiklah, dari pada memikirkan daddy nya itu, lebih baik Gelora mengisi perut nya.
Gadis dengan rambut di kepang dua itu berjalan girang menuju ruang makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Albiru
Novela JuvenilHanya kisah sederhana tentang Albiru Alterio Maximilian, yang sangat mencintai Gelora Steviona Megantara.