20

1.7K 79 3
                                    

Bulu mata lentik milik Gelora berkedip pelan. Perlahan mata indah yang sangat ditunggu-tunggu itu terbuka, ia mengerjap kan mata nya. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mata nya. Pertama kali membuka mata wajah datar bercampur khawatir dan cerah milik Adelard dan Biru menyambut nya.

"Daddy." lirih Gelora pelan.

"Yes princess ini daddy!" jawab Adelard tersenyum lembut bercampur senang.

Biru menatap iri Adelard. Sial! keberadaan nya terlupakan. Ia menatap memelas Gelora, berharap gadis itu akan menyebutkan nama nya juga. Namun itu hanya lah harapan belaka. Huh tidak apa-apa.

"Air!" ujar Gelora serak.

Dengan sigap Biru mengambil gelas yang berada di dekat nya lalu memberikan nya pada Gelora. Tidak ingin kesempatan itu di ambil oleh Adelard!

"Pelan." kata nya memperingati.

Gelora menjauh kan wajah nya setelah selesai minum. Gadis itu diam dengan wajah tanpa ekspresi. Membuat Adelard dan Biru menatap nya khawatir sekaligus bingung.

"Princess are you okey?" tanya Adelard hati-hati.

Gelora mengangguk, "Yeah daddy." jawab nya lemah.

"Daddy tidak ingin lagi melihat mu seperti tadi. Sungguh daddy tidak suka, daddy khawatir kamu akan meninggalkan daddy princess." ujar nya lirih. Melihat Gelora tidak berdaya dan dalam keadaan antara hidup dan mati tadi sungguh membuat Adelard ingin menangis. Namun pria itu menahan nya. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang-orang.

Gelora tersenyum kecil, "Gelora gak akan ninggalin daddy kok." jawab nya pelan.

Biru diam mengamati, membiarkan ayah dan anak itu berinteraksi. Cowok itu mengelus rambut Gelora dengan sayang.

"Daddy pulang sana ih, liat tuh penampilan nya udah kaya gembel!" Gelora memperhatikan penampilan Adelard yang berantakan.

Adelard terkekeh geli. Ia berdiri lalu mengecup kening Gelora, "Baiklah daddy akan pulang dan mengganti pakaian terlebih dahulu." kata nya. Ia melirik ke arah Biru kemudian melanjutkan, "Jaga putri saya." setelah nya ia tersenyum kepada Gelora lalu pulang untuk berganti pakaian.

Setelah kepergian Adelard hanya keheningan yang melanda kedua remaja tersebut.

"Maaf." suara lirih milik Biru membuat Gelora menoleh ke arah nya.

Gelora menatap teduh Biru, "Maaf untuk apa Al?" tanya nya tak paham.

"Maaf untuk semua nya. Maaf gue gak nunggu lo, maaf gue gak jemput lo, maaf gue terlambat, maaf gue--"

"Shhh" Gelora meletakkan jari telunjuk nya di bibir milik Biru. Tak ingin mendengar omongan Biru selanjut nya.

"Ini semua bukan salah kamu Al. Kamu gak salah apa-apa. Kecuali--" Gelora menjeda omongan nya, lalu memandang lurus ke depan dengan datar.

"Kecuali?"

"Kecuali orang yang nge-dorong aku." lanjut Gelora menatap mata Biru dalam.

Alis tebal Biru menukik tajam, "Di dorong?" ulang nya dingin.

Gelora mengangguk membenarkan. Ia menarik nafas nya pelan, sebenarnya ia belum mau bercerita apa yang terjadi pada nya. Mau bagaimanapun kejadian tadi sedikit membuat nya trauma. Gelora masih bisa merasakan sulit nya ia bernafas dan mencoba bertahan. Sakit nya air yang memaksa masuk ke dalam hidung dan mulut nya. Dan kejam nya orang itu mendorong kepala nya. Tapi orang tersebut harus segera di temukan dan diberi pelajaran. Gelora bukan lah gadis yang pemaaf, orang yang menyakiti nya harus mendapatkan imbalan.

AlbiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang