"Lihat kebunku penuh dengan bunga, lihat dirimu hati ku berbunga-bunga.""Kiw kiw cantik!" Reano mengedipkan mata nya genit.
Ke empat pentolan sekolah itu tampak berjalan santai di koridor sekolah. Dengan Biru yang berada di barisan depan, lalu di sebelah nya ada Devano. Dan diikuti Raga dan Reano di belakang nya. Pemandangan indah di pagi hari yang sulit di lewatkan.
Meskipun mereka termasuk anak nakal, namun tak urung banyak yang menyukai mereka. Terutama murid perempuan.
"Gini nih kalo jadi orang ganteng, nafas aja udah buat orang seneng." Reano menyugar rambut nya bangga. Cowok itu tersenyum manis ketika ada siswi yang menatap nya malu-malu.
"Banyak bacot." sambung Devano.
"Sialan!"
"Mampus!"
"Untung gue anak nya gak baperan." Reano tersenyum sabar.
"Bolos?" ajak Devano.
"Gas lah!" jawab Raga dan Reano.
"Lo Bir, mau kagak?"
"Warung mang Udin." jawab Biru.
Warung mang Udin adalah tempat bolos kedua bagi mereka. Sekaligus rumah kedua untuk beristirahat. Letak nya cukup dekat, yaitu di sebelah MIS. Tempat nya yang nyaman dan adem menjadi penyebab banyak di minati. Walaupun se ada nya dan tidak mewah, namun tetap saja banyak yang menyukai.
Selain itu mang Udin-sebagai pemilik warung juga terkenal baik dan ramah. Maka tak heran rata-rata murid MIS menyukai warung nya. Bahkan tak jarang murid dari sekolah lain singgah di warung mang Udin.
Reano mendudukkan diri nya di kursi plastik milik mang Udin. Diikuti oleh yang lain nya.
"Mang! Reano yang ganteng tiada tara datang nih." heboh nya seraya celingak-celinguk mencari ke beradaan pemilik warung.
Raga mendengus. Reano memang sehari saja tidak bisa kalau tidak heboh.
Dari dalam warung, mang Udin muncul. Pria paruh baya itu tersenyum lebar, "Waduh sudah lama gak mampir ke warung mamang. Saya kira sudah lupa." kata nya.
Devano tersenyum ramah, "Kita banyak urusan mang." ucap nya kalem. Devano ini memang tipe cowok yang tidak bisa bersikap cuek kepada orang tua.
"Mana mungkin kita lupa. Mamang tuh ibarat rumah kedua bagi kita." sambung Reano yang di setujui oleh ketiga nya.
"Hooh!"
"Mang gorengan ya campur, tapi--ekhem seperti biasa hehehe." cengir nya seraya menggaruk tengkuk nya yang gak gatal.
"Aman itu mah." saut mang Udin tertawa lucu. Ia sudah hafal kebiasaan Reano. Dan ia sama sekali tidak keberatan.
"Ngutang mulu lo. Anak sultan tapi hobby ngutang!"
"Yang sultan kan ortu gue!" saut Reano yang memang ada benar nya.
"Baguslah kalo lo sadar diri." jawab Raga kalem.
"Si anying!"
"Nasgor mang." ucap Biru.
"Samain ya mang." lanjut Raga.
"Air putih aja mang." lanjut Devano.
"Siip. Ditunggu ya kasep!" ke empat cowok tampan itu mengangguk. Setelah nya mang Udin pergi menyiapkan pesanan mereka.
****
Berbeda dengan Biru dkk yang saat ini sedang membolos. Gelora saat ini sedang berada di kelas nya. Gadis itu menguap kecil, memandang bosan ke arah guru yang sedang mengajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Albiru
Ficção AdolescenteHanya kisah sederhana tentang Albiru Alterio Maximilian, yang sangat mencintai Gelora Steviona Megantara.