Suasana ricuh dari dalam kelas terdengar sampai keluar. Jam kosong memang waktu yang membuat semua murid gembira bukan main, apalagi ketika cuaca panas pada siang hari. Mereka tak perlu memutar otak untuk memahami penjelasan guru di depan kelas, apalagi untuk mengerjakan soal yang diberikan. Jam kosong siang ini benar-benar membuat satu kelas merasa kebebasan hidup.
Di barisan meja samping jendela ada seorang pemuda yang sedang asyik memandang keluar jendela, sedangkan teman-temannya asyik berdiskusi tentang segala macam. pemuda itu memandang langit dari jendela kelasnya yang ada di lantai dua. Tatapannya terpaku pada seekor burung yang sedang terbang bebas. Dia ingin menjadi burung itu. Apakah akan menyenangkan atau menyesakkan?
“Haidan! Ngelamun aja lo. Liat apa sih di luar, hah?” tanya pemuda yang duduk di depannya.
Haidan hanya menggeleng sambil tersenyum singkat.
“Malming besok malem enaknya ngapain, ya? Bosen amat gue di rumah kalo nggak ngapa-ngapain,” ucap pemuda dengan seragam yang kancingnya dibuka semua, menampilkan kaos hitam polos yang ia kenakan. Wajahnya tampak sedang berpikir keras, sampai kedua alisnya hampir menyatu. Dia tidak suka berada di rumah.
“Marvin, mabar aja, yuk!” ujar pemuda yang duduk di depannya. Wajahnya tampak judes dengan tangan yang disilangkan di dada.
Marvin menatap sengit teman di depannya. “Males main sama lo, emosian mulu!”
“Udah tau Raden emosian, masih aja lo mabar sama dia. Yang ada lo diamuk mulu,” timpal pemuda berkulit seputih salju yang duduk di samping Raden.
“Caka mending lo nggak usah banyak ngoceh,” ucap Raden dengan tatapan sinis.
“Noh, kan! Udah emosi pasti!” tunjuk Caka dengan wajah cemberut.
“Udah nongkrong ajalah. Malming nggak bisa sama ayang sama bestie jadilah,” ucap Marvin sambil memainkan alisnya dengan genit.
“Ew!”
Caka dan Raden kompak memasang wajah yang sama, yaitu jijik dengan tingkah Marvin.
“Mau nongkrong di mana? Di tempat kemaren?” tanya Haidan yang kini tatapannya tidak lagi terfokus ke luar jendela.
“Nggak level gue nongkrong sama lo pada,” ujar Caka. Sebenarnya, niatnya hanya bercanda, tapi mulutnya ini tidak bisa diajak kerja sama.
“Iyalah Si Tuan Muda kaya raya,” ejek Marvin sambil merotasikan matanya. Walau memang benar adanya kalau Caka adalah tuan muda kaya raya, anak satu-satunya dan statusnya jauh di atas Marvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Haidan
Teen FictionBagi Naya, Haidan seperti bunga mawar di hidupnya. Indah ketika dipandang, tapi menyakitkan ketika digenggam. Namun, bagi Haidan, Naya hanya menjadi pengusik di hatinya. Yang selalu ingin Haidan dihindari, tapi rupanya tidak bisa. Karena ternyata us...