Bagian 05

33 8 0
                                    

"Oi, Dan!" Seperti biasa Marvin menyapa Haidan dengan riang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oi, Dan!" Seperti biasa Marvin menyapa Haidan dengan riang.

Haidan hanya diam. Tumben sekali Haidan tidak menyahut. Biasanya memang hanya dibalas dengan senyuman, tapi kali ini melirik Marvin barang sebentar saja pun tidak.

Marvin tanpa permisi merangkul pundak Haidan, berharap temannya itu akan menyambutnya dengan senang. Namun, harapannya pupus ketika Haidan menatapnya dengan wajah dingin yang terlihat marah. Dengan cepat Marvin menjauhkan tangannya dari bahu Haidan. Ada yang salah dengan temannya itu. Marvin pun hanya terdiam melihat Haidan yang tetap melangkah.

"Dia kenapa?" gumam Haidan bingung sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Gue buat salah, ya?"

Marvin kembali melangkah menuju kelasnya sambil terus berpikir, apa yang membuat Haidan seperti itu di bagi hari yang cerah ini. Dia heran, padahal biasanya Haidan tidak pernah marah jika dirangkul olehnya.

Sesampainya di kelas hanya ada Caka dan Raden yang Marvin lihat. Haidan yang tadi pergi lebih dulu malah tidak ada di dalam kelas.

"Halo beban keluarga," sapa Marvin yang sudah ada di dekat Raden dan Caka.

"Beban keluarga, lo tuh beban bumi!" balas Caka kesal. Pagi hari yang cerah ini rusak akibat kedatangan Marvin.

"Tumben lo nyampe jam segini," ujar Raden. Jangan lupa wajah julidnya itu.

Marvin berdecak, kemudian menaruh tasnya di atas meja. "Gue mah aslinya rajin. Cuma lagi males aja."

"Lah gimana konsepnya?" tanya Caka keheranan.

"Lo tau nggak apa yang tadi gue alamin?" ucap Marvin dengan wajah serius.

"Nggak tau dan nggak mau tau," balas Raden tidak peduli.

"Lo mah jadi temen jahat bener," ucap Marvin dengan wajah cemberut.

"Lo kan nggak jelas!" ucap Caka.

Marvin menatap wajah Raden dan Caka secara bergantian dengan wajah sedih yang dibuat-buat. "Sebenernya gue bukan temen kalian, kan?"

"Baru nyadar, ya?" balas Raden santai.

Caka cekikikan di kursinya.

"Pengen marah, tapi yang mau dimarahin kayak maung," gumam Marvin pelan.

"Ya karena gue baik dan soleh, gue kasih tau aja walaupun kalian nggak mau tau. Barusan gue ketemu Haidan di koridor. Niat gue mau nyapa. Pas gue ngerangkul Haidan dan mau nyapa dia dengan senyum menawan dan mempesona gue," ucap Marvin menceritakan kejadian tadi.

"Idih idih si najis," cela Raden dengan tatapan sinis.

"Lo cerita apa banggain diri sendiri. Mandiri banget," ucap Caka.

Dengan cepat Marvin menutup mulut Caka dan Raden dengan satu jari telunjuk di depan mulut kedua temannya itu. "Syuttt! Gue belum bolehin kalian ngomong. Ok lanjut. Tau apa respon dia?"

Untuk HaidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang