Bagian 18

26 9 0
                                    

Seminggu full Naya habiskan untuk belajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu full Naya habiskan untuk belajar. Meski banyak yang dipikirkannya, tapi hanya belajar yang bisa Naya lakukan. Sembari belajar Naya juga mengurus ibunya yang sakit. Hanya flu dan batuk, tapi tak kunjung sembuh meski sudah pergi ke puskesmas dan minum obat.

Di rumah Naya belajar sampai malam karena di sekolah dirinya tidak bisa fokus belajar. Ada saja bukunya yang hilang atau sampah yang ada di dalam tasnya. Naya jadi tidak berani membawa buku mata pelajaran yang penting ke sekolah. Dia tidak bisa membeli bukunya jika hilang lagi.

Tak terasa hari ujian pun tiba. Naya terus merasa gelisah sejak tiba di sekolah. Dia masih bingung dan ragu untuk apa yang dilakukannya nanti. Apakah pilihannya benar atau salah, Naya tidak tahu.

Jauh-jauh hari Naya sudah menimbang keputusannya walau dia masih ragu. Meski harus menyalahkan beberapa soal di ujiannya, Naya tidak ingin nilai di rapornya turun, itu akan mempengaruhi untuk kedepannya. Naya ingin kuliah dan membuat ibunya bangga. Setidaknya nilainya harus tetap meski tidak naik. Naya lihat Bellva pun belajar dengan sungguh-sungguh. Naya yakin Bellva bisa meningkatkan nilainya.

Ternyata Naya masih tidak rela dengan peringkatnya. Naya tidak rela harus menyerah dengan belajar.

Semua siswa-siswi kelas sepuluh diacak untuk ditempatkan dalam ruang yang berbeda saat ujian. Secara kebetulan Naya satu ruangan dengan Bellva dan Jidan.

Naya mengerjakan soal di ponselnya dengan pikiran berkecamuk. Aneh, ini aneh baginya. Soal-soal yang di depannya bisa Naya jawab semua. Materi dari setiap soal Naya ingat dengan jelas. Kalau begini apa dia harus benar-benar menjawab soal dengan jawaban yang salah?

Tangan Naya berhenti menggeser layar ponselnya. Dia menatap punggung Bellva yang duduk di kursi paling depan. Gadis itu meliriknya dari samping sebelum kembali menatap ponselnya.

Naya memejamkan mata sambil menggigit bibir bagian dalamnya, sebelum mengubah jawaban beberapa soal.

Bell tanda ujian pada jam pertama selesai berbunyi. Naya masih menatap layar ponselnya yang menampilkan tulisan dimana dia sudah selesai menjawab semua soal.

Jidan dari kursi ujung melangkah mendekat ke arah Naya. Pemuda itu tampak biasa saja, padahal hampir semua yang ada di kelas itu tampak cemas dan lesu.

Jidan terdiam memperhatikan Naya saat tiba di samping gadis itu. Naya masih duduk diam di kursinya yang sepertinya tidak menyadari kedatangan Jidan. Tatapan Jidan beralih ke telinga Naya yang terpasang alat bantu dengar. Jidan penasaran, apa yang dipikirkan Naya sampai tidak tahu jika dia datang.

Jidan membungkukan tubuhnya untuk menatap wajah Naya. "Lo kenapa nggak fokus ulangan?"

Naya terkejut melihat wajah Jidan yang tepat di depan wajahnya. "Salah liat kali Jidan. Aku fokus kok ujiannya. Jidan nggak fokus ya ulangannya karena ngeliat aku?" ucapnya mengelak sambil melihat ke arah lain.

"Iya," balas Juga dengan wajah datar. "Ada masalah?" tanyanya sambil kembali berdiri tegak dan memasukan tangannya ke saku celana. Jidan menatap Naya dengan tatapan rendah.

Untuk HaidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang