Jidan melangkah malas ke kamar abangnya. Selepas pulang sekolah tadi Haidan terus berada di kamarnya. Di tangan Jidan ada sebuah amplop putih yang Naya titipkan untuk diberikan kepada Haidan. Sebenarnya, Jidan sempat tidak ingin memberikan amplop itu pada Haidan. Mengingat Jika Naya tahu, maka mungkin gadis itu jadi membencinya.
“Bang Haidan,” panggil Jidan di balik pintu.
Haidan yang sedang menatap gitar rusaknya, buru-buru memasukan kembali ke dalam lemari dan berdiri. Dengan cepat Haidan membuka pintu kamarnya.
“Apa?”
Jidan melirik ke arah lain sambil menyodorkan amplop putih di tangannya. “Dari Naya,” ucapnya malas.
Haidan menghela napas sambil menatap amplop putih itu. Dia pikir Naya mungkin sudah lupa tentang uang rumah sakit yang dibayarnya, tapi malah gadis itu ingat dan mengembalikannya sesuai yang dikatakan. Padahal Haidan sudah bersyukur Naya lupa. Gadis itu kan hidup sendiri sekarang, pasti susah menyisipkan uang lebih. Naya malah menitipkan pada Jidan yang otomatis tidak bisa Haidan tolak.
Melihat Haidan menerima amplop putih itu, Jidan tetap pada posisinya. Dia menunggu abangnya untuk membuka amplop itu. Sementara Haidan sedang berpikir untuk mengembalikan uang itu atau harus bagaimana.
“Kenapa nggak dibuka, Bang?” tanya Jidan.
“Nggak usah.”
Jidan menatap tidak terima. Dia kan ingin tahu apa isi surat di dalamnya. Jidan sangat penasaran sampai tadinya ingin membuka amplop itu lebih dulu. Mengingat hal yang dipikirkannya tidak baik, Jidan mengurungkan niatnya itu.
“Kalo gitu buang aja,” ujar Jidan.
Haidan menatap bingung Jidan. Dalam amplopnya kan uang. Bagaimana bisa mau dibuang.
“Dalamnya uang.”
“Hah? Uang?” bingung Jidan sambil menatap Haidan dan amplop secara bergantian. Jadi di dalamnya bukan berisi surat, tapi berisi uang.
Haidan mengangguk sebagai jawaban.
“Uang apa?” tanya Jidan yang bingung sekaligus penasaran.
“Nggak perlu tau. Udah sana balik ke kamar,” ucap Haidan lantas menutup pintu kamarnya.
Jidan terdiam sambil berpikir di depan pintu kamar Haidan. “Uang apa, Bang?” tanyanya lagi, tapi sama sekali tidak dijawab Haidan.
Jidan mulai berpikir kejadian yang mungkin terjadi sehingga abangnya dan Naya punya interaksi yang tidak diketahui. Masalahnya ini uang. Bagaimana bisa Naya memberikan uang kepad Haidan. Abangnya itu tidak mungkin memeras Naya.
“Masa Naya ngutang sama Bang Haidan?” ucapnya sambil melangkah menuju kamarnya.
***
Bellva masuk ke dalam ruang kerja neneknya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Wajahnya menahan marah ketika melihat neneknya sedang duduk santai di sana sambil membaca majalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Haidan
Teen FictionBagi Naya, Haidan seperti bunga mawar di hidupnya. Indah ketika dipandang, tapi menyakitkan ketika digenggam. Namun, bagi Haidan, Naya hanya menjadi pengusik di hatinya. Yang selalu ingin Haidan dihindari, tapi rupanya tidak bisa. Karena ternyata us...