Bagian 19

44 9 0
                                    

Hari ini adalah hari jumat, satu minggu setelah ujian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari jumat, satu minggu setelah ujian. Hari dimana pembagian rapor akan dilaksanakan untuk seluruh siswa SMA Widya Bakti. Pagi harinya sekitar jam setengah delapan semua siswa dikumpulkan di aula. Akan ada pemberitahuan tentang peringkat lima besar di setiap kelas dari kelas sepuluh sampai dua belas. Piala-piala untuk juara paralel terlihat berjajar rapi di atas meja di panggung.

Naya berdiri gelisah di barisannya. Di sampingnya ada Jidan yang berdiri dengan tangan dimasukan ke dalam saku celana. Naya melirik Jidan dengan wajah cemberut. Gara-gara Jidan berdiri di sampingnya, Naya merasa dirinya pendek sekali karena tinggi keduanya jadi sangat kontras terlihat. Naya melirik ke barisan depan di mana Haidan berdiri bersampingan dengan Bellva.

"Gugup?" Jidan mencondongkan tubuhnya untuk menatap Naya.

Naya menggeleng cepat. "Nggak."

"Terus kenapa?"

"Sst! Fokus liat depan," ucap Naya sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, lalu menunjuk ke depan di mana guru mulai berbicara.

Berbagai kata sambutan maupun kata-kata guru telah diucapkan. Naya tidak terlalu memperhatikan dan mendengarkan karena pikirannya berkecamuk. Tangannya sudah dingin karena gugup dan gelisah. Akan bagaimana hasil peringkatnya?

Jantung Naya semakin terpacu ketika mendengar guru yang berdiri di atas panggung mulai membaca peringkat kelas sepuluh. Karena kelasnya yang paling pertama, maka pasti peringkatnya lebih dulu yang disebutkan.

Nggak apa ini nggak apa-apa, batin Naya.

"Dari X IPA 1 peringkat kelima atas nama Haidan Raditya Bagaskara. Peringkat empat atas nama Raden Putra Radeva."

Haidan menatap ke depan dengan pandangan kosong. Meski kemarin-kemarin sempat tidak merasakan apapun seperti cemas atau khawatir, tidak bisa dipungkiri kalau Haidan merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Peringkat lima bukan apa-apa bagi ayahnya. Kali ini pun Haidan kalah meski sudah berusaha mati-matian.

"Haidan, Raden! Ada nama lo berdua tuh. Keren banget lo berdua masih bertahan!" seru Marvin penuh semangat, padahal bukan dia yang mendapat peringkat. Marvin bahagia melebihi Haidan dan Raden yang mendapatkan peringkat.

Naya menatap punggung Haidan. Pemuda itu lebih tenang dari biasanya. Naya khawatir apakah Haidan puas dengan peringkatnya. Bagaimanapun Naya melihat Haidan belajar dengan sungguh-sungguh.

"Peringkat tiga atas nama Bellva Zelvania Darma. Peringkat dua atas nama Nayara Gantari."

Naya tertegun dengan mata terbuka lebar. Dia terkejut dengan hasil peringkatnya yang lebih tinggi dari Bellva. Ini tidak sesuai dengan rencananya. Kalau begini Naya harus bagaimana? Apakah dirinya tidak ikhlas saat menjawab soal dengan jawaban yang salah saat ujian? Apakah dia benar-benar memutuskan menyerah? Tidak. Naya mengacaukan segalanya.

Bellva di barisan depan mengepalkan tangannya. Gadis itu mengeratkan giginya menahan emosi. Dugaannya salah. Kali ini pun dia tidak bisa menjadi peringkat yang lebih tinggi.

Untuk HaidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang