Bagian 35

34 7 0
                                    

"Kenapa ngeliatin kursi Bellva terus?" tanya Jidan sambil menatap Naya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa ngeliatin kursi Bellva terus?" tanya Jidan sambil menatap Naya.

Sejak tadi memang Naya menatap kursi Bellva yang kosong. Terhitung sudah tiga hari Bellva tidak masuk sekolah. Naya memang sudah memutuskan untuk tidak peduli, tapi tetap saja dia khawatir dengan Bellva. Wali kelas bahkan tidak memberi keterangan yang jelas ketika Bellva tidak masuk. Entah Bellva sakit atau izin karena ada acara, Naya tidak tahu. Naya ingin mengirim pesan kepada Bellva, tapi dia takut menganggu gadis itu.

"Bellva udah nggak masuk tiga hari. Bellva sakit, ya? Atau ada masalah?" tanya Naya dengan wajah yang kentara sekali sedang khawatir.

"Masih khawatir sama dia?" ucap Jidan dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa gadis di sampingnya ini masih bisa mengkhawatirkan orang yang selalu membuatnya menderita.

Naya terdiam dengan wajah cemberut. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia memang kekhawatiran Bellva. Namun, pandangannya kini beralih melihat Haidan. Ada senyum kecil ketika memandang pemuda itu.

"Lo masih suka Bang Haidan?" tanya Jidan lirih sambil mengikuti arah pandangan Naya.

Naya menoleh. "Kenapa Jidan tiba-tiba nanya gitu?"

Jidan ikut menoleh menatap lekat Naya. "Nggak bisa lo lupain Bang Haidan?" Mungkin ucapannya terdengar gila, tapi Jidan ingin memastikan sesuatu.

Naya mengerjap bingung, barangkali dia salah mendengar apa yang diucapkan Jidan. "Bercanda, ya?"

Jidan menatap Naya dengan wajah serius. Tidak ada tanda-tanda bercanda dari tatapan dan wajahnya. Sebab itu langsung membuat Naya terdiam sambil menurunkan pandangannya.

"Sepertinya nggak bisa," ucap Naya sambil menggeleng dan tersenyum kecil. Haidan itu sudah melekat dari dulu di hatinya. Tidak semudah itu untuk melupakan karena Naya memang tidak berniat untuk lupa.

Jidan menatap Naya tanpa ekspresi, tapi dari matanya memancarkan sesuatu.

***

Naya melangkah cepat menuju perpustakaan sambil menunduk, tidak suka melihat tatapan orang-orang. Ada buku yang harus dikembalikannya, sedangkan setelah itu dia ingin ke rooftop sekolah. Naya tak sabar pergi ke sana, lebih tepatnya tak sabar untuk bertemu dengan Haidan. Sebelum itu, Naya harus mengembalikan buku di tangannya ini, sebab besok sudah tenggat waktu pengembalian.

"Kenapa lo nunduk terus, sih?"

Ucapan seseorang membuat Naya tersentak kaget. Naya langsung menoleh menatap seseorang yang sudah ada di sampingnya entah sejak kapan. Mungkin karena terlalu fokus dengan pikiran sendiri, Naya jadi tidak sadar dengan kehadiran seseorang itu. Dan kalian tahu siapa? Seseorang itu adalah Ilham.

"Ada apa, ya?" tanya Naya sambil melirik ke arah lain, sebab dia tidak nyaman ditatap oleh Ilham.

"Hahaha, kaku banget. Kayaknya gue tau kenapa dia sampe suka sama lo."

Untuk HaidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang