"Oi, Dan!" sapa Marvin sambil menepuk bahu temannya itu.
Haidan hanya balas tersenyum.
"Raden sama Caka udah di kelas, tuh. Gue sendirian di parkiran kayak orang bego nyari-nyariin mereka," curhat Marvin dengan wajah kesal
"Lo lama, sih."
Marvin cemberut. "Nggak pada nunggu gue apa. Nggak setia kawan mereka berdua. Cuma lo yang setia kawan. Ya kan, Dan?" ucapnya lantas memeluk Haidan sambil cengengesan.
"Jangan deket-deket!" Haidan mendorong wajah Marvin untuk menjauh darinya.
Marvin melepaskan Hadian. "Habis ke mana lo?"
"Tadi gue pergi duluan gara-gara mau ngembaliin buku ke perpus."
Marvin berdecak tak habis pikir. Temannya itu kalau tidak belajar, pasti tentang buku lagi. Sesuka itukah Haidan dengan buku?
"Belajar mulu lo."
"Lo juga harusnya gitu."
"Males. Masih kelas 10 ini."
Haidan hanya menggeleng pelan. Marvin memang paling susah dibilang daripada Caka yang hanya mulutnya saja banyak bicara.
"Lo pada liat nggak tadi?" tanya Marvin sambil melirik ke belakang.
Haidan mengangkat alisnya. "Liat apaan? Gue baru dateng."
"Itu yang tuli itu. Siapa namanya?" tanya Marvin sambil mencoba mengingat nama gadis yang barusan diamuk oleh Amel.
"Naya?"
"Nah, itu! Kasian banget. Disuruh ngelap sepatu Amel. Lagian jalan nggak liat-liat, main nabrak aja. Matanya ke mana coba pas jalan. Perasaan telinganya doang yang nggak berfungsi."
Haidan berhenti melangkah. Hatinya terusik. Dia kesal.
"Kenapa, Dan?" tanya Marvin Heran.
"Mungkin dia emang nggak sengaja," ucap Haidan sambil kembali melangkahkan
"Hah?"
"Mau ke kantin nggak? Gue mau makan."
"Ayok gue juga," ucap Marvin dengan semangat.
***
Naya yang baru saja keluar dari dalam toilet melihat Rissa. Segera dia menghampiri teman sekelasnya itu. Kain seragam di bagian lengannya basah dan itu sangat tidak nyaman, tapi mau bagaimana lagi. Karena jus Rissa, seragamnya itu setidaknya harus dibilas air.
"Rissa, buku kamu udah aku taroh di laci meja kamu, ya. Tadi aku ke kelas kamunya nggak ada."
Rissa menatap kesal ke arah Naya. "Makanya jangan lama. Lemot banget sih lo jadi orang."
"Maaf tadi habis tabrakan sama Amel terus jusnya tumpah," ucap Naya yang hanya bisa menunduk.
"Pantes Amel jadi misuh-misuh gegara lo. Awas aja ya kalo PR gue ada yang salah," ucap Rissa sambil menunjuk wajah Naya dengan garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Haidan
Fiksi RemajaBagi Naya, Haidan seperti bunga mawar di hidupnya. Indah ketika dipandang, tapi menyakitkan ketika digenggam. Namun, bagi Haidan, Naya hanya menjadi pengusik di hatinya. Yang selalu ingin Haidan dihindari, tapi rupanya tidak bisa. Karena ternyata us...