Bagian 34

29 6 0
                                    

Haidan berhenti melangkah tepat di depan taman bahasa ketika melihat seseorang yang selalu mengusik hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haidan berhenti melangkah tepat di depan taman bahasa ketika melihat seseorang yang selalu mengusik hatinya. Dia menatap Naya yang tengah asyik mencoret-coret sketchbook biru muda milik gadis itu. Melihat itu Haidan tersenyum tanpa disadarinya.

Langkah Haidan membawa pemuda itu untuk mendekat ke arah Naya. Haidan langsung duduk di depan Naya hingga membuat gadis itu tersentak kaget dan buru-buru menutup sketchbook biru mudanya. Mulut Haidan gatal ingin tersenyum, tapi sebisa mungkin menahannya.

“Haidan ngapain di sini?” tanya Naya dengan jantung yang berdegup kencang ketika melihat Haidan di depannya.

“Ini tempat umum,” jawab Haidan dengan santainya.

“Oh, iya,” ucap Naya sambil membenarkan rambut pendeknya yang tertiup angin. Alasan Naya suka duduk di taman bahasa selain karena sepi, juga banyak angin.

Setelah diperhatikan lagi, Haidan bisa melihat jelas wajah Naya dari dekat. Mata gadis itu tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu sipit. Ketika mengerjap, bulu matanya yang tidak terlalu panjang ikut terayun. Hidungnya mungil tampak terlihat lucu. Dan bibir kecilnya berwarna merah muda alami. Kulit Naya yang biasa putih pucat, kini Haidan bisa melihat semburat merah muda di pipi gadis itu.

Naya menatap Haidan dengan ragu dan juga gugup, pasalnya pemuda itu menatapnya tanpa ekspresi. “Ada apa ya Haidan?” tanyanya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Kenapa?” Haidan menatap tepat di mata Naya, membuat gadis itu semakin salah tingkah.

Naya melirik ke arah lain dengan gugup. “Soalnya Haidan ngeliatin aku. Apa perasaan aku aja, ya?”

“Lo suka sama gue, ya?”

Ucapan Haidan membuat Naya sukses terkejut. Rasanya jantung Naya hampir melompat keluar. Bisa-bisanya Haidah berkata seperti dengan wajah tanpa ekspresi yang malah terlihat tampan di mata Naya. Ditambah lagi Naya dapat melihat wajah Haidan sedekat ini. Rasanya sulit dipercaya. Tunggu! Naya, Haidan tahu kamu suka dengannya!

“Hah?!” Naya menatap Haidan dengan mata melebar kaget, tapi langsung menatap ke arah lain.

Haidan memajukan tubuhnya untuk lebih dekat menatap Naya. “Lo suka sama gue?”

Naya langsung menutup wajahnya. Ada rasa hangat yang menjalar di pipinya. Naya bingung harus menjawab apa dan malu untuk menatap Haidan. Wajahnya pun pasti sudah memerah. Harusnya Naya tidak boleh seperti itu, padahal Haidan hanya bertanya. Belum tentu pemuda itu senang dengan tanggapan Naya. Bisa jadi setelah ini Haidan malah menjauhinya.

Tiba-tiba saja Haidan ketawa lepas. Naya yang mendengar itu langsung mengintip dari sela-sela jarinya. Haidan di depannya seakan menyihir Naya dengan tawanya. Naya mematung melihat itu. Haidan tampan sekali. Sungguh tidak bohong. Pemuda itu bisa-bisanya tertawa setelah menatapnya tanpa ekspresi.

“Lucu banget,” ujar Haidan lirih.

Naya sontak menyembunyikan wajahnya menggunakan rambutnya ketika Haidan kembali menatapnya. Gugup dan malu yang Naya rasakan semakin menjadi-jadi. Hanya diam yang bisa Naya lakukan sambil menunduk.

Untuk HaidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang