Bagian 27

31 7 1
                                    

Mata Naya yang semula tertutup kini perlahan terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Naya yang semula tertutup kini perlahan terbuka. Pandangan Naya yang tadinya gelap berubah menjadi silau. Langit-langit ruangan yang berwarna putih membuat Naya bingung. Naya merasa kepala dan tubuhnya sakit dan nyeri. Tangan mulai bergerak karena merasakan digenggam seseorang.

"Papa... Mama...."

Suara lirih dan pergerakan tangan Naya membuat Nilam yang membaringkan wajahnya di samping ranjang pasien terbangun. Wajahnya terkejut dan juga lega melihat Naya yang akhirnya sadar. Perban di kepala dan luka lecet masih terlihat jelas di wajah Nilam, membuat Naya sedikit mengerutkan keningnya.

"Alhamdulillah, akhirnya Aya," ujar Nilam bersyukur dengan suara bergetar dan mata yang berkaca-kaca. Nilam langsung mengusap sayang pipi Naya. Tak lupa juga menekan tombol untuk memanggil dokter.

Naya bingung melihat ibunya yang mengatakan sesuatu, tapi dia sama sekali tidak tahu apa yang dikatakan ibunya. Hanya pergerakan mulut Nilam yang membuat Naya semakin tidak mengerti. Tadi pun suaranya hanya terdengar aneh.

"Ma, Aya nggak dengar," ucap Naya bertambah panik.

Seorang dokter pria datang dengan tergesa-gesa. Setelah melihat Naya, dokter itu langsung memeriksa keadaan Naya. Sementara Naya masih diam dengan kebingungan. Dia masih tidak mengerti keadaan.

Naya tidak mendengar apapun yang dibicarakan Nilam dan dokter itu. Namun, Naya semakin bingung ketika ibunya menangis setelah berbicara dengan dokter itu. Melihat itu Naya merasa ingin menangis juga.

Setelah ingat apa yang terjadi sebelumnya, air mata Naya jatuh. Perasaan takut kembali muncul, membuat Naya semakin menangis. Rasa sakit dan perasaan saat kejadian itu teringat kembali.

Ditatapnya wajah Nilam yang tampak sangat berantakan. Pasti ibunya juga merasakan sakit yang sama.

"Nggak apa-apa Aya. Semua baik-baik aja," ucap Nilam yang masih menangis. Dia mengenggam erat tangan kecil Naya. Betapa sakit hatinya mengetahui fakta yang akan sangat membuat Naya menderita.

"Mama, Aya nggak dengar!" Naya mulai berteriak, bingung sekaligus takut.

"Mama minta maaf," ucap Nilam sambil memeluk Naya.

BRAK! Pintu rumah sakit dibuka kencang dengan paksa. Nilam dam dokter pria itu sama-sama terkejut, sedangkan Naya hanya bisa diam tidak mengerti. Rima masuk dengan wajah marah. Tampak sekali wanita paruh baya itu habis menangis. Dengan segera Nilam menghalangi Rima untuk melangkah maju, tapi langsung didorong mundur oleh ibu mertuanya itu.

"GARA-GARA ANAK PEMBAWA SIAL INI! KARENA KAMU ARYA TIDAK SELAMAT!" teriak Rima tepat di depan Naya sambil menunjuk gadis kecil itu. Matanya merah entah karena emosi atau menahan tangis. Dia tidak terima karena anak satu-satunya yang harus pergi untuk selamanya.

Naya mencoba bangkit dari tidurnya dan duduk di atas ranjang pasien. Kepalanya masih pening dan tubuhnya masih lemah. Naya bingung karena neneknya seolah sangat marah kepadanya. Namun, Naya tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Rima walau neneknya itu jelas sekali terlihat sedang berteriak-teriak marah di depannya.

Untuk HaidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang