Milia melihat Keenan menarik Anala menuju rooftop, ia pun berinisiatif untuk mengikuti mereka dan Milia bersembunyi dibalik pintu dan mulai mendengar Keenan dan Anala yang adu mulut, ia tersenyum miring.
"Hal ini bisa jadi kesempatan gue buat ambil Keenan lagi, liat aja Anala.. Keenan pasti bakal jadi milik gue lagi" Milia tersenyum miring kemudian pergi dari sana, hingga tak lama Shaka dan yang lain datang menyusul Keenan dan Anala.
Anala izin pulang lebih cepat setelah pembicaraannya bersama Bella, Aretha, dan saudarinya Anaya, Keenan hanya diam sembari menyembunyikan wajahnya pada meja menggunakan tangan sebagai alas sedangkan Shaka masih pusing memikirkan cara agar Keenan dan Anala bisa berbaikan.
"Bell, gue tau lo marah sama anala tapi ga seharusnya lo ikut marah juga ke naya, dia ga salah apa apa" ujar Aretha, memang sedari Anaya masuk kekelas Bella terlihat mengabaikan Anaya.
"gue gatau reth, gue juga ngerasa bersalah karna ngediemin Naya" Bella menghela nafas.
Aretha tersenyum tipis sembari menghela nafas kemudian mengusap punggung Bella.
—
Sore hari tiba, sedari pulang dari sekolah Anala terus mengurung diri dikamar ia terus menangisi Keenan, hatinya ikut sakit ia tau jika ia salah tetapi kenapa Keenan tak percaya bahwa perasaanya lebih besar untuknya daripada Jeffrey.
"Nal?.. lo didalem?" Anaya mengetuk pintu perlahan, tak ada sahutan dari dalam membuat Anaya semakin khawatir.
"Nal, gue tau lo lagi nangis biarin gue masuk ya?" Anaya mencoba memutar kenop pintu tetapi tetap tak terbuka, Anala menguncinya dari dalam.
"gue harus gmn.." ujar Anaya khawatir, ia mendengar dari bibi pembantu sejak pulang Anala tidak keluar dari kamarnya, wajahnya pun terlihat pucat.
Anaya menghela nafas, ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya membiarkan Anala menyendiri terlebih dahulu, rasa bersalahnya kembali menyelimuti dirinya sendiri.
"ini salah lo nay, kalau aja lo ga bicarain hal itu disekolah mungkin saat ini hubungan Anala sama Keenan masih baik baik aja" Anaya mengusap wajahnya, kemudian meraih ponselnya yang berada di atas kasur karna berdering.
"Shaka?" Anaya menekan tombol hijau guna menerima panggilan telepon dari kekasihnya itu.
"Halo nay?"
"Iya? Kenapa?"
"Gmn keadaan nala?" Tanya Shaka dari sebrang telpon.
"Dia ngurung diri dikamar, semoga ga ngelakuin hal yang ga diinginkan.." Anaya menghela nafas.
"Keenan sekarang lagi di markas bareng anak anak lain, dia ngancurin semua yang ada disekitar dia tadi beruntung cepet cepet di tanganin sama bang Mahen"
"Separah itu?" Anaya membulatkan matanya terkejut.
"Tapi sekarang udah gapapa, udah ditenangin yang lain walau masih keliatan marah"
"Nay" panggil Shaka.
"Iya?"
"Jangan ngerasa ini semua salah kamu, dari awal emang hubungan Keenan sama Anala selalu di timpa masalah jadi jangan ngerasa bersalah ya" Shaka tersenyum disana tanpa Anaya sadari, gadis itu hanya diam kemudian menjawab.
"Iya" Anaya hanya bisa mengiyakan karna dihatinya ia masih merasa bersalah.
"Kamu udah makan?"
"Belum, aku ga nafsu soalnya" Anaya terkekeh kemudian suara bell rumah berbunyi tetapi Anaya tak mendengar
"Non, ada tukang gofood anterin makanan" ujar bibi pembantu naik ke atas dan mengetuk pintu Anaya.
"Gofood? Perasaan aku ga pesen deh, atau Anala?"
"Aku yang pesen, aku tau kamu pasti belum makan abisin makanannya jangan sampe ada sisa, aku tutup dulu ya dah cantik" panggilan telpon ditutup oleh Shaka, Anaya sedikit terkejut.
"Ini gmn non jadinya?" Tanya bibi pembantu lagi.
"Bawa masuk aja bi, itu dari Shaka nanti aku ambil" Anaya menghela nafas.
"Baik non"
"Shaka, tau aja aku bakal nolak makanya langsung dimatiin telponnya" ujar Anaya meletakkan ponselnya kembali.
—
"Aku pul—" ucapan Milia terputus saat membuka pintu rumahnya.
Milia mendengar kedua orang tua nya kembali bertengkar seperti biasa di dapur bahkan sampai ada suara piring yang dilempar ke lantai, Milia meremas rok sekolahnya kemudian berlari masuk menuju kamar.
"Kamu bisa ngga sih gausah berjudi terus?! Keuangan kita lagi buruk, seharusnya kamu sebagai suami cari uang buat aku dan Milia bukan malah aku yang kerja dan kamu yang enak enakan abisin diluar sana sama perempuan lain!" Suara teriakan wanita yang merupakan ibu Milia terdengar begitu jelas, kamar Milia memang tidak kedap suara jadi suara berisik didapur masih bisa ia dengar.
"Diam kamu! Gausah bicara sembarangan!" Kini suara seorang pria terdengar, yakni ayah Milia.
"Ngga usah bohong! Aku akan ajuin gugat cerai ke pengadilan karna selama ini kamu selalu melakukan kekerasan terhadap aku dan Milia!"
PLAKK!
tamparan mendarat pada pipi kanan ibu Milia sampai wanita itu terjatuh.
"Sampai kapanpun kalian ngga akan bisa lepas dariku! Lihat yang akan saya lakukan pada Milia jika kamu berani mengajukan gugatan cerai!" Pria itu kemudian berlalu menuju pintu kamar Milia, ia tau sejak tadi gadis itu sudah pulang.
"Buka pintunya! Saya tau kamu ada didalam!" Ketukan pintu terus terdengar, Milia menutup kedua telinganya dengan kedua tangan, sejak kecil gadis itu sudah diajari untuk terus menutup telinga jika orang tuanya bertengkar, ajaran itu berasal dari kakak pertamanya yang sudah meninggal akibat kecelakaan saat Milia duduk di bangku sd.
"kakak.. aku takut.." lirih Milia pelan, air mata mulai berjatuhan.
"Buka atau saya dobrak?!!"
Milia sangat takut, ia duduk dipojok bawah kasur sembari terus menutup kedua telinganya, hingga tiba tiba pintu terbuka menampakkan ayahnya yang mulai berjalan mendekatinya.
"Jangan sentuh putriku!" Ibu Milia berlari menahan pergelangan tangan suaminya itu tetapi pria paruh baya itu langsung menepisnya dan membuat wanita itu jatuh.
"Mama!" Teriak Milia.
Ayahnya kemudian menjambak rambut Milia dengan kencang membuat gadis itu berteriak kesakitan.
"Ayah lepas! Sakit.." Milia menangis tetapi hati nya lebih sakit melihat ibunya pingsan tergeletak dilantai akibat terbentur ujung meja.
"Dengar baik baik, beritahu mama kamu untuk tidak macam macam atau saya akan melakukan sesuatu yang buruk kepada kamu dan mama mu!" Jambakan tersebut dilepas dengan kasar kemudian pria itu berlalu keluar rumah.
"Mama! Mama" meskipun lemas Milia berusaha menyeret tubuhnya sendiri menuju ibunya.
"Maa! Bangun ma.." Milia mengangis sembari mengguncang tubuh ibunya agar terbangun.
Ibunya tak kunjung bangun, akhirnya Milia memutuskan untuk membawa ibunya ke rumah sakit, ia juga punya rencana untuk kabur dengan ibunya meninggalkan ayahnya, Milia mulai mengemasi barangnya dan ibunya untuk dibawa kemudian memapah ibunya menaiki taksi online yang sebelumnya ia pesan.
Dalam perjalanan Milia menahan tangisnya, ia merasa bahwa dirinya tidak pernah beruntung dalam keluarga atau cinta, orang tuanya sering bertengkar dan cintanya? laki laki yang ia cintai, Keenan.. kini sudah memiliki perempuan lain kelihatannya juga meskipun hubungan Keenan dan Anala sedang tak baik baik saja mereka pasti akan kembali berbaikan karna Milia tiba tiba sadar bahwa cinta Keenan sudah habis untuk Anala, bukan dirinya.
"Maaf.." lirih Milia pelan, mengusap air matanya.
To be continued.
Jangan lupa vote, terimakasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/337391848-288-k306757.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Flag Boy's - Jenrina x Jaeminjeong [END]
Romance"mau lo apaan sih ?!" tanya Anaya dengan kesal. "Mau lo jadi milik gue." jawabnya. "lo ngapain sih ? ganggu tau ga ?!" Anala menatap tajam. "Berusaha dapetin hati lo." Jawabnya sembari tersenyum miring. Bagaimana jadinya jika 2 bersaudara Anaya dan...