3 - The Saddest Day

59 3 0
                                    

BAK jalan tol Salatiga, dua tahun pernikahan Purwanto dengan Dahlia berjalan lancar dan harmonis. Purwanto merasakan hidupnya seperti mimpi. Dari menjadi duda tak keren selama bertahun-tahun kini menjadi suami seorang wanita mengaggumkan. Keputusannya menikahi janda beranak dua itu adalah sebuah keputusan yang tepat untuknya. Dahlia bukan hanya cantik dan memiliki tubuh yang aduhai namun juga piawai dalam membantu bisnisnya. Dimata Purwanto wanita itu lebih talenta dibandingkan mendiang istrinya. Walaupun dia ingin memungkirinya karena lagi-lagi merasa bersalah telah menomor duakan Nurjanah. Ditambah kedua anak tirinya, Santel dan Rosi yang juga menyayangi Iyem. Kini dia bisa bernafas lega karena bisnis dan anaknya sudah ada yang mengurusnya dan dia mempercayakan sepenuhnya pada istrinya.

Namun ditahun ketiga pernikahannya, Purwanto mendadak jatuh sakit. Tiba-tiba saja ia jatuh tak sadarkan diri saat berada ditoko matrialnya. Karena pembuluh darah yang menyempit di arteri otaknya, Purwanto dinyatakan mengalami stroke. Akibatnya diapun tak bisa lagi berjalan dan berbicara.

Sejak mengalami stroke, sikap Dahlia dan kedua anak tirinyapun sedikit demi sedikit berubah. Bahkan Purwanto seringkali mendengar Dahlia membentak anaknya Iyem tanpa alasan. Tak ada yang bisa Purwanto lakukan untuk membela anaknya. Dirinya hanya menjadi saksi bisu atas perlakukan Dahlia yang sudah mulai menunjukkan karakter yang sebenarnya.

Dan lambat laun wanita itu mulai memperlakukan Purwanto seperti seekor binatang yang menjijikkan. Seringkali Purwanto tidak diberi makan dan dibiarkan dengan pakaiannya yang sama dengan bekas air kencing dan kotorannya. Kalau bukan Iyem yang rajin mengurusinya, mungkin lelaki itu sudah mati sejak hari stroke pertama. Setiap kali orang bertanya tentangnya, Dahlia akan memberikan alasan kalau suaminya sedang tidur. Seringkali Purwanto berusaha untuk berteriak agar seseorang mendengarnya namun Dahlia memberikan kamar tidurnya dibelakang rumah dengan alasan agar mudah diurusin. 

Seribu penyesalanpun menyerang Purwanto. Menyesal karena telah memilih wanita bertubuh semok itu. Menyesal karena tak pernah menanyakan pendapat Iyem tentang pernikahannya dengan janda beranak dua itu. Namun apalah arti penyesalan yang datangnya belakangan. Karena konon kalau datangnya duluan itu namanya pendaftaran, bukan penyesalan. Diapun memanggil anaknya Iyem saat merasa ajalnya sudah semakin mendekat. Dia harus mengatakan sesuatu, paling tidak meminta maaf.

Namun betapapun ia berusaha untuk berbicara dengan Iyem, kata-katanya tak bisa dimengerti oleh anaknya. Disela-sela putus asanya Purwanto hanya bisa mengeluarkan airmata, begitupun dengan Iyem. Walaupun tak mengerti ucapan bapaknya, Iyem mengangguk memandang bapaknya sambil sesenggukan. Dan ia ingin sekali mengatakan sesuatu pada bapaknya tetapi melihat kondisinya yang sedang sekarat Iyempun mengurungkan niatnya. 

Melihat keadaan Purwanto yang semakin mengenaskan tiap detiknya, diapun segera dilarikan kerumah sakit. Hanya Iyem yang mendampingi perjalanan Purwanto kerumah sakit. Istrinya dan kedua anak tirinya melepaskan kepergian keduanya dengan resah diraut mereka. Resah entah karena memikirkan biaya rumah sakit yang menjulang tinggi atau karena hal lainnya, namun Dahlia tak meneteskan airmatanya sedikitpun saat memandang kepergian ambulan yang membawa suami dan anak tiri semata wayangnya.

Didalam ambulan, Iyem tak melepaskan genggaman tangan bapaknya. Sesekali ia merasakan gerakan pelan dari jemari bapaknya, seakan jari-jari itu berusaha menggengam tangannya.

"Pak ..." Bisik Iyem hampir tak terdengar. Ia tak yakin apakah bapaknya bisa mendengarnya namun ia melihat airmata mengalir disudut mata bapaknya. Iyem menggengam lebih erat tangan bapaknya dengan kedua tangannya dan kali ini ia mendengar bapaknya memanggil namanya.

"I...yem...."

"Iya pak. Iyem disini." Balas Iyem dengan airmata berurai.

Dan hanya itu kalimat yang keluar dari mulut bapaknya. Purwanto menghembuskan nafas terakhirnya dalam genggaman tangan anaknya didalam ambulan dalam perjalanan kerumah sakit. 

CINDYEMRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang