36 - The Face Sketch

16 2 2
                                    

Santi tersenyum ketika membaca satu-persatu pesan dari geng Ganesha. Termasuk pesan dari Evi dan Bude Tien. Tentu saja dia tidak bermaksud untuk meninggalkan rumah begitu saja. Apalagi mereka sedang ditengah kesibukan melakukan proyek. Namun Santi merasa kecewa dengan semua orang yang menyembunyikan agenda masing-masing. Padahal mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu melindungi Cindy. Lalu apa gunanya mereka melakukan semua ini kalau masing-masing tidak saling percaya. Santi kemudian mengirimkan pesan ke Bude Tien, menanyakan situasi di rumah. Bude Tien langsung membalas pesan itu dan memberitahu kalau Cindy dan yang lainnya masih sedih karena kepergiannya. Buden Tien juga menyuruh Santi untuk lekas kembali karena geng Ganesha seperti anak itik yang kehilangan induknya.

Santi tersenyum membaca permohonan maaf dari Ika. Meskipun otaknya yang paling pas-pasan di antara geng Ganesha  namun Ika yang paling memiliki semangat tinggi dalam keadaan apapun. 

Santi, jangan musuhi semua orang hanya karena aku yang berbuat salah. Lebih baik aku yang keluar dari rumah untuk menebus kesalahan tapi nggak mungkin aku ninggalin Cindy begitu aja kan. Lagian, aku butuh uang untuk ngirim ke Aura. Aku suka kerja di sini sama Cindy dan kalian. Maafkan temanmu yang suka kebablasan.

Selesai membaca semua pesan, Santi mulai mengepak pakaiannya. Sudah saatnya dia kembali. Mereka sudah menerima pelajaran dengan kepergiannya. Hari itu juga Santi bergegas check out dari hotel dan langsung menuju rumah Cindy. 

Bude Tien langsung menyambut kedatangan Santi dengan senyum lebar, begitupun dengan yang lainnya. Terkecuali Ika.

"Makasih sudah kembali San." Kata Cindy. Santi tersenyum membalasnya. Ika masih terpaku berdiri ditempatnya, dia ragu kalau Santi sudah memaafkannya. Santi menghampiri Ika lalu memeluknya, Ikapun tak kuasa menahan bendungan di matanya. 

Hari itu juga mereka langsung mengadakan pertemuan, Santi mengeluarkan semua uneg-uneg dalam kepalanya. Ika merasa tersentil dengan ucapan Santi, begitupun dengan Evi dan Cindy. 

"Kalau memang semuanya ini demi Iyem. Sebaiknya tidak ada yang perlu kita rahasiakan. Dan Iyem ... kamu tidak boleh merahasiakan apapun dari kita. Okay?" Kata Santi diakhir pidatonya. 

"Sebenarnya aku bukannya mau merahasiakan apapun dari Cindy atau kalian. Tapi aku belum pasti dengan semua penemuanku. Dan karena aku .... aku takut kalian pikir aku gila. Karena akhir-akhir ini aku sering mengalami hal aneh." Kata Evi sambil menerawang. Alice dan Jonathan manggut-manggut mendukung ucapan Evi. 

"Kalian nggak akan percaya apa yang dialami Evi selama di London dan Paris itu memang aneh sekali." Tambah Alice. 

Akhirnya Evi menceritakan detail seluruh kejadian di London dan Paris. Tentang pencarian asal usul cincin bermata biru itu. Selesai Evi bercerita, Cindy menatap cincin yang melingkar dijari tangannya. 

"Jadi cincin ini berasal dari khayalan pelukisnya saja? Bagaimana mungkin?" Guman Cindy. 

Evi termangu mendengar ucapan Cindy. Dari semua kisah yang diceritakan, gadis itu hanya tertarik dengan cincin yang melingkar dijarinya, bukan keseluruhan ceritanya. Apakah semua wanita sematre itu?

"Pasti ada penjelasannya kenapa cincin itu bisa muncul." Balas Ika. Yang lainnya manggut-manggut setuju. 

Sementara Evi teringat akan sesuatu. Dia bergegas berlari ke ruang kerjanya. Yang lainnya hanya menatap kepergian Evi dengan heran. Diruang kerjanya, Evi menatap sketsa yang masih menempel didinding. Dia mencoba mengingat lagi siapa pemilik alis tebal dan mata tajam yang ada di sketsa itu, karena diam-diam dia pernah memujinya, menghayalkan pria itu ...

Evi terbelalak saat mengingat siapa pemilik alis tebal itu. Dia mundur selangkah, menutup mulutnya. Kemudian mengambil sketsa wajah itu dari dinding. Evi bergegas berlari menuju garasi. 

CINDYEMRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang