Kepergian Santi yang mendadak membuat Cindy kecewa dan Evi naik pitam. Apalagi ditengah-tengah mereka sedang sibuk-sibuknya dengan proyek yang sedang dijalankan. Ika dan Wiwi akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Semua orang termangu mendengar penuturan keduanya, tentang kamera yang dipasang diberbagai tempat tersembunyi.
"Ya sudah biarin aja dia pergi." Kata Evi akhirnya. Namun Cindy tak bisa membiarkan Santi begitu saja. Tidak disaat genting seperti ini. Setelah panggilannya tidak dijawab oleh Santi, Cindy mengirimkan pesan panjang ke ketua Ganesha itu.
Santi, anak-anak disini butuh kamu. Terutama aku. Akhir-akhir ini aku sering mengalami hal yang aneh dan aku takut sekali tapi aku nggak mau liatin ke yang lainnya karena kalian sudah sibuk sekali demi aku. Kembalilah. Ganesha tanpa kamu seperti pagar tanpa kunci, nggak aman. Temanmu yang sangat membutuhkanmu, Iyem.
Pesan terkirim. Cindy menarik nafas dalam. Dia membaca lagi pesan yang sudah terkirim. "Semoga kamu belum pergi, Santi." Batin Cindy.
Ika dan Wiwi menghampiri Cindy yang sedang termenung sendiri dikamarnya. Keduanya bersimpuh dikaki Cindy sambil menatap wajah murungnya.
"Kami mau minta maaf 'Yem. Semua ini salah kami." Kata Ika sambil memegang tangan Cindy.
Cindy tersenyum. "Dia pasti balik."
Ika dan Wiwi saling pandang dan terdiam. Mengingat karakter Santi yang cukup keras, rasanya mustahil anak itu akan kembali lagi. Apalagi dia merasa sudah dikhianati dan tidak dipercaya oleh sahabatnya sendiri.
Balasan pesan dari Santi tak kunjung muncul dilayar ponsel Cindy. Akhirnya Cindy mencoba menghubungi ponselnya namun tersambung ke kotak pesan suara. Cindy merasa putus asa. Dia berharap, Santi tak akan meninggalkannya dalam kondisi seperti ini. Kondisi dimana dia merasa tak aman. Sejak ulang tahunnya, ada saja hal aneh yang dia rasakan dan alami. Dia sengaja tidak mau menceritakannya demi menghindari yang lainnya khawatir.
Saat Cindy terjatuh dikamar mandi hotel pada malam ulang tahunnya, dia sebenarnya sedang mengalami sesuatu yang aneh. Dia melihat seorang wanita berambut panjang berdiri dikamar mandi, tersenyum lembut kearahnya. Cindy terkejut dan hampir saja berteriak meminta tolong namun wanita memanggil namanya.
"Cindy anakku, jangan takut. Ini ibu 'nak." Kata wanita itu.
Dengan ragu dan takut, Cindy mendekatinya. Cindy terkejut setelah berada didekatnya, wanita itu memang ibunya, wajah yang hanya dikenalnya melalui foto. Cindy langsung memeluk dan menangis tersedu. Wanita itu tersenyum dan balas memeluknya. Disaat mereka berpelukan, Cindy mencium aroma bunga melati. Tiba-tiba suara wanita terdengar dibelakangnya.
"Lepaskan dia." Kata suara itu. Suara yang sama dengan wanita yang sedang Cindy peluk saat itu. Cindy ingin menoleh namun wanita yang sedang memeluknya menahan kepala Cindy didadanya, mendekapnya dengan kuat. Lalu wanita itu tertawa kencang. Tawa yang membuat bulu diseluruh tubuh Cindy berdiri. Napas Cindy mulai terasa sesak, dia berusaha melepaskan diri dari dekapan wanita itu.
"Ibu, lepaskan aku." Katanya memohon. Namun wanita itu semakin kuat mendekapnya.
"Aku tidak akan pernah melepaskanmu Cindy." Suara wanita itu tiba-tiba berubah. Cindy mendongak menatap wajah dalam dekapannya. Wajah itu masih sama, tapi kenapa suaranya berubah?
"Kau sudah tahu kalau kau tidak akan pernah bisa mengambil jiwanya, Charlotte. Kekuatanmu tidak ada arti apa-apa dibandingkan dengan kekuatannya." Kata suara yang mirip suara ibunya. Wanita yang dipanggil Charlotte itu menggeram, suara geramannya seperti harimau yang ingin mengeluarkan amarahnya.
"Pergilah selagi kau masih diberi kesempatan. Kau sudah tau akibatnya kalau dia menggunakan kekuatannya. Jiwamu akan terperangkap lagi." Kata wanita itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINDYEMRELLA
FanteziePada malam pesta ulang tahunnya yang ke sembilan belas, Cindy mendapatkan sebuah cincin misterius bermata biru. Cindy meminta managernya, Evi untuk menelusuri cincin misterius itu. Penelusuran itu membawa Evi pada kisah tragedi yang terjadi tiga aba...