18 - Puzzles & Jengkol Balado

25 2 2
                                    

Setelah kejadian dimalam gala, Madam Juliet melarang Cindy untuk bertemu siapapun, termasuk Dewa. Hanya bude Tien yang diijinkan bersamanya serta orang-orang yang berada dirumah kastil. Evi dan Lisa juga kebagian getahnya, mereka tidak diperkenankan untuk menemui Cindy. Meskipun begitu Evi tak hentinya mengirimkan pesan ke Cindy. Manager karbitan itu lebih antusias dari sebelumnya, khususnya sejak tahu tentang Cindy menghabiskan malam dengan pria misterius. 

Sementara didalam kamarnya, Cindy gelisah menatap layar ponselnya, menantikan balasan pesan dari pria yang sudah membuatnya seharian tidak berselera makan. Bukan karena dia sedang jatuh cinta dengan pria misterius itu.

"Oh tuhan, tidak mungkin." Guman Cindy. Semua ini hanya karena kerisauannya tentang keberadaan mereka  didalam kamar hotel. Walau dalam lubuk hati Cindy mengatakan tidak mustahil untuk jatuh cinta dengan pria semenarik itu. 

Saat notikasi dilayar ponselnya muncul, Cindy langsung membukanya. 

Hai, sorry, aku baru liat pesan kamu. Bagaimana kalau ketemu pas makan siang?

Jari-jari Cindy bersemangat membalas pesan itu. Setidaknya saat ini dia bisa bernapas lega karena pria itu bisa dihubungi dan mau membalas pesannya. Dia sempat mencemaskan kalau pria itu akan menghilang tanpa jejak lalu dia tak tahu apapun yang terjadi malam itu. 

Cindy bersemangat menuju lemari pakaiannya, mencari pakaian yang cocok untuk dikenakan saat makan siang nanti. Setelah beberapa kali mengganti gaun, pilihannya jatuh pada jeans dan kemeja putih, dipadu dengan sepatu putih kets serta topi. Cindy tersenyum menatap dirinya dicermin. Dia sempat menertawakan dirinya sendiri yang ingin mengenakan gaun untuk makan siang nanti.

"Ingat, ini bukan kencan Yem."  Batinnya. 

Cindy mengatur rencana untuk bisa keluar dari rumah kastil dengan diam-diam. Awalnya bude Tien menolak bekerjasama dengan Cindy. Melawan aturan dari Madam Juliet adalah sebuah ide gila, begitu komentar bude Tien. Tetapi Cindy tak menghiraukan ucapan bude Tien. Dia hanyalah tipikal seperti gadis muda lainnya, yang semakin dilarang semakin penasaran dan menjadi-jadi. Jadi, tak ada gunanya melarang dan mengurungnya dipenjara sekalipun, karena jiwa muda selalu memiliki semangat perjuangan. 

Akhirnya bude Tien menyerah. Sebenarnya tidak sulit untuk bude Tien menolong Iyem keluar dari rumah kastil. Sejak tinggal disana, bude Tien sangat rajin memasak untuk orang-orang disana. Awalnya hanya untuk mereka berdua saja, lalu bertambah menjadi tiga orang, yaitu si Ramlan, salah satu satpam dirumah kastil.  

Ramlan sudah bekerja dirumah kastil selama enam tahun. Pria yang berusia lima tahun lebih muda dari bude Tien itu sering memuji masakan bude Tien. Apalagi nasi pecel buatan bude Tien. Penghuni dirumah kastil akhirnya ketuk palu untuk menetapkan bude Tien sebagai tukang masak mereka. 

Namun jauh dalam lubuk hati bude Tien, dia melakukan itu semata-mata hanya untuk Ramlam. Pria yang belum menikah itu telah membangkitkan gairah muda bude Tien yang telah lama terkubur disuatu tempat. Pujian Ramlan bukan lagi tentang masakannya, namun juga penampilan bude Tien yang selalu terlihat segar dan rapih dimata pria itu. Akibat pujian Ramlan, Bude Tien jadi betah berlama-lama didepan kaca. 

Demi kelancaran kerjasamanya dengan Cindy, siang ini bude Tien mempersembahkan menu kesukaan Ramlan, yaitu jengkol balado yang dipadu dengan teri medan. Masakan ini sudah disiapkannya sejak kemarin. Dan Ramlan menantikan masakan itu dengan air liur yang sudah ditahannya sejak kemarin.  Alhasil, jengkol balado buatan bude Tien melancarkan rencana Cindy. Cindy berhasil keluar dari rumah kastil tanpa hambatan.

* * * 

Cindy membaca nama restoran didepannya. WEST VIRGIN. Restoran bergaya modern itu nampak nyaman dan tak terlalu ramai. Cindy mengecek ponselnya, waktu menujukkan pukul dua siang. Seorang pelayan menghampirinya.

CINDYEMRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang