31 - La Vie En Rose

16 1 2
                                    

Bersama Jonathan dan Alice, Evi tiba disebuah hotel yang terletak dipusat kota Paris. Selesai check in ketiganya bergegas menuju Louvre museum. Begitu memasuk area museum, antrian panjang sudah nampak dari kejauhan. Beruntungnya Jonathan sudah menyiapkan tiket masuk yang dia beli secara online. Ketiganya terselamatkan dari penderitaan berdiri diantara ratusan orang. 

"Udah lama gua mau kesini.  Nggak nyangka gua kesininya malah sama dua titisan nenek sihir  yang mau liat lukisan nenek sihir." Komen Alice saat sedang berjalan memasuki museum. 

"Ssst ... kamu jangan sembarangan ngomong Alice!" Bisik Evi. 

Sebelum memasuki ruangan bagian lukisan, ketiganya mengambil headset serta katalog yang berisi informasi tentang lukisan. Ternyata lukisan yang mereka cari berada paling depan didekat pintu masuk bagian sayap Denong. Tanpa pikir panjang mereka bergegas menuju kesana.

Evi dan Jonathan saling pandang begitu mereka tiba didepan lukisan. Dibawah lukisan itu terdapat tanda tangan si pelukis dengan nama Curtis serta informasi kecil tentang lukisan itu. Lukisan sepasang kekasih itu berjudul The Forbidden Love yang menceritakan pria bangsawan yang jatuh cinta dengan seorang pelayan. Dalam lukisan itu Isabella mengenakan cincin berlian bermata biru, sama persis yang dimiliki oleh Cindy. Namun yang membuat Evi dan Jonathan heran adalah cincin itu tak ada selama dalam penglihatan atau mimpi mereka. Tiba-tiba Evi teringat sesuatu saat memandang lukisan itu. 

"Jonathan, rumah itu seperti rumah Isabella yang aku liat dimimpi. Tapi kenapa dilukisan itu rumahnya bagus sekali?"

"Mungkin mereka pernah hidup bersama dirumah itu?" Guman Jonathan menatap Evi. 

Evi terdiam. Seingatnya rumah itu nampak sangat tua dan lusuh, tidak ada tanda-tanda kebahagiaan disana. Berbeda sekali dengan yang ada dilukisan. 

"Kita harus mencari tahu siapa pelukis ini." Kata Evi. 

Jonathan menatap Evi ragu. Bagaimana mereka bisa menemukan pelukis yang hidup ditahun 1825? 

Namun Evi adalah wanita yang tidak bisa menyerah begitu saja dan sikap seperti itu sudah mengalir dalam darah dikeluarganya. Mungkin karena alasan itulah keluarga mereka kebanyakan bekerja didunia hukum. Ayahnya adalah seorang pengacara sukses , begitu pula dengan kakeknya yang menjadi hakim di pengadilan. Belum lagi paman, tante dan buyutnya. Hanya Alice yang berakhir bekerja sebagai tukang sales herbal. 

Pencarian si pelukis Curtis membawa mereka ke sebuah rumah yang disegel dengan tali kuning polisi. Sesuatu nampak pernah terjadi dirumah itu. Alice langsung membuka ponselnya, mengambil foto rumah itu. Dia terperangah saat melihat layar ponselnya, kemudian menyerahkan ponselnya ke Evi. Sama halnya dengan Alice, Evi terperanjat dengan apa yang dilihatnya dilayar ponsel.

Rumah yang dihuni oleh keluarga bangsawan itu sudah disegel sejak sembilan belas tahun lalu karena sebuah kasus pembunuhan. Seluruh penghuni rumah yang terdiri dari sepasang suami istri dan lima anak mati mengenaskan dengan peluru dikepala masing-masing. Hanya suaminya yang masih hidup. Kepolisian percaya kalau suaminya yang membunuh keluarganya sendiri. Namun sayangnya pria itu berakhir dirumah sakit jiwa. Kabarnya saat kepolisian menangkap pria itu, dia tidak mengakui kalau itu adalah perbuatannya dan berteriak menyebut nama Charlotte sebagai pelakunya.

Diketahui kalau pria itu bernama Martin, dia adalah keturunan dari Curtis dan Curtis adalah keturunan dari darah bangsawan terkenal diabad kelima belas bernama Eddy,  pria yang menuliskan kisah tentang Princess White Heart And The Witch. 

Evi terduduk lemas menyentuh keningnya. "Semua kutukan itu tak akan pernah berhenti." 

"Kenapa Elisa mendendam sama keturunan Eddy?" Guman Alice. Evi termangu menatap sepupunya. 

CINDYEMRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang