Thomas termangu memandang keluar jendela rumah sakit, lagi-lagi dia menghela nafas panjang. Pandangannya beralih ke Isabella yang masih terbaring terpejam. Sudah lewat enam bulan namun gadis itu masih dalam kondisi sama. Tak ada yang bisa dokter lakukan selain menunggu sebuah keajaiban.
Thomas melangkah menghampiri Isabella yang terbaring kemudian duduk disampingnya sambil menggenggam tangan Isabella.
"Isabella, apa yang harus aku lakukan?" Bisik Thomas seraya wajahnya tertunduk. Tanpa disadari airmatanya mulai mengalir lalu terisak seperti seorang pria yang sedang menangisi istrinya.
"Bangunlah Isabella." Katanya dalam isakannya.
Dalam genggamannya, jari-jari Isabella bergerak. Melihat itu Thomas semakin terisak. "Aku ingin kau bangun Isabella. Bangunlah!"
Tiba-tiba Thomas merasakan sebuah tangan menyentuh kepalanya. Thomas mendongak dan terkejut melihat gadis yang sedang terbaring itu membuka mata.
"Isabella!" Teriaknya.
Isabella tersenyum. "Thomas."
Seketika itu juga Thomas langsung mencium tangan Isabella lalu berdiri dan menciumi seluruh wajah gadis itu. Walau heran dengan apa yang dilakukan Thomas, Isabella membiarkan pria itu menciumi wajahnya, bahkan bibirnya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Isabella.
"Kau tidak ingat Isabella?" Tanya Thomas.
Isabella menatap Thomas tak berkedip. Dia mencoba mengingat kembali kejadian malam itu. Dia sedang bersama anaknya, Arthur. Mereka baru saja bersiap-siap ingin tidur. Tiba-tiba dia mendengar sesuatu yang besar seperti jatuh diatap rumah. Disaat yang bersamaan, tubuhnya juga merasakan seperti dihantam sesuatu. Bukan hanya dia yang kesakitan tapi juga Arthur, anaknya.
"Dimana Arthur?!" Kata Isabella dengan mata nanar.
Thomas mendadak gugup, wajahnyapun berubah murung. Dia tak yakin ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Isabella masih memandang Thomas yang terdiam, kemudian dia mengulangi pertanyaannya lagi.
"Isabella, jangan khawatir. Arthur baik-baik saja. Dia ada yang mengurusnya." Kata Thomas akhirnya. Dia terpaksa harus berbohong melihat kondisi Isabella yang baru saja bangun dari koma.
"Aku mau melihat Arthur." Kata Isabella bersiap-siap beranjak dari kasur.
Thomas menahannya. "Isabella, kau bisa melihatnya nanti kalau sudah dirumah."
Isabella berhenti, dia memandang Thomas lagi. "Kau yakin Arthur baik-baik saja?"
Thomas mengangguk. Ya tuhan, maafkan aku telah membohonginya.
"Apa yang terjadi malam itu Isabella?" Tanya Thomas.
Isabella termenung, mengingat kembali kejadian malam itu. Detik-detik saat dia merasakan seluruh nafasnya ditarik keluar, dia memanggil Thomas. Isabella menatap Thomas yang sedang berdiri memandangnya.
"Apakah kau yang membawaku kesini?" Guman Isabella.
Thomas menggenggam tangannya. "Ya Isabella. Aku membawa kalian kerumah sakit. Kau dalam keadaan vegetatif selama hampir delapan bulan."
Isabella menatap Thomas tak percaya. "Bagaimana dengan Arthur?"
Thomas menghela nafasnya. "Dia baik-baik saja."
Isabella menatap Thomas tak percaya. Suara pria itu bergetar, begitupun dengan wajahnya yang selalu menunduk saat menjawab pertanyaannya soal Arthur. Isabella merasakan sesuatu yang tak beres. Dia beranjak dari kasur. Thomas menahannya lagi, namun kali ini matanya harus bertemu dengan pandangan Isabella yang menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINDYEMRELLA
FantasyPada malam pesta ulang tahunnya yang ke sembilan belas, Cindy mendapatkan sebuah cincin misterius bermata biru. Cindy meminta managernya, Evi untuk menelusuri cincin misterius itu. Penelusuran itu membawa Evi pada kisah tragedi yang terjadi tiga aba...