10 - My Dear Friend

31 3 0
                                    

Tak ada keinginan sedikitpun untuk Iyem menceritakan apa yang telah terjadi disekolah dengan siapapun, apalagi dengan bude Tien yang baru saja balik dari kampung beberapa jam lalu. Namun wanita itu terlalu peka untuk dibohongi. 

"Kenapa Yem?" 

"Ngga apa-apa bude." 

Bude Tien memberikan tatapan menyelidik ke  Iyem. Sadar dengan tatapan itu, mau tak mau Iyem mengucapkannya. "Iyem mau berhenti sekolah aja bude." Katanya sambil memberikan tatapan memelas. 

Bude Tien tak membalasnya. Dia merasa sesuatu telah terjadi disekolah. Gadis itu sudah tiga hari tidak masuk sekolah walaupun ia sehat walafiat dengan nafsu makan seperti kuda liar. 

"Mau cerita ada apa disekolah?" Tanya bude Tien.

Iyem membisu, ragu untuk menceritakan tentang Sophie. Diapun hanya menggeleng. 

"Terus, kamu mau ngapain kalau nggak sekolah?" Tanya bude Tien lagi. 

Mendengar itu, Iyem menunduk. Sejujurnya, ia tak yakin apa yang ingin dilakukannya. Bude Tien mendekati Iyem dan menepuk tangannya. "Ya udah, nanti kita bicarakan sama Madam ya."  

Bude Tien tak bisa menunggu lama untuk mengirimkan pesan ke Madam Juliet soal  Iyem. Meskipun jetlag dari naik bus masih melekat, belum lagi pertikaiannya dengan suaminya karena kepulangannya yang tidak lebih dari dua puluh empat jam. Suaminya mulai menuduh kalau bude Tien sudah tidak mencintainya lagi. Walaupun jauh dilubuk hatinya, bude Tien harus mengakuinya, kalau ia memang tidak mencintainya lagi. Namun ia tak tega untuk menceraikannya. Mereka sudah terlalu lama menikah dan baru kali ini mereka berpisah begitu lamanya. 

"Kenapa Tien?" Tiba-tiba kata suara dari seberang sana begitu bude menjawab ponselnya.

"Saya juga nggak tahu Madam. Tapi kayaknya ada masalah disekolah." Balas bude Tien. Singkat dan tak jelas namun ia juga tak mau berbasa-basi. Namun yang ia heran dengan Madam Juliet adalah saat dia membicarakan soal Iyem, wanita itu pasti langsung meneleponnya. 

"Ya sudah. Nanti saya urus." 

Tut tut tut. Ponselnya langsung terputus begitu saja.

"Haiyah." Gerutu bude Tien ke ponsel ditangannya. 

Sejak Iyem memutuskan tidak mau masuk sekolah, bude Tien hanya menemaninya dikamar. Iyem menghabiskan waktunya dengan menulis. Sesekali ia pindah ke kolam renang, dapur karyawan dan ruang-ruang yang dianggapnya memberikan inspirasi. Iyem semakin tenggelam dengan kisah yang ada dikepalanya. Bude Tien sempat khawatir dengan kegiatan menulis Iyem yang mulai melupakan mandi dan makan. Tapi itulah gunanya dia berada disana, untuk menjaga anak itu. 

Evipun akhirnya mengunjungi Iyem setelah seminggu tidak ada tanda-tanda gadis itu masuk sekolah. Dia mulai curiga dengan jawaban Iyem yang singkat dan itu-itu saja dipesannya. Apalagi setelah mendengar desas-desus soal pertemuan Sophia dan sang Madonna dikantin. Setelah pertemuan itu, keesokannya Iyem tak muncul disekolah. Evi yakin absennya Iyem ada kaitannya dengan mantan bosnya, si Sophia. 

Kunjungan tanpa agenda itu akhirnya diterima oleh Iyem walaupun sebenarnya dia sungkan tak ingin bertemu siapapun. Namun kegigihan sang manager membuat hati Iyem luluh. Mungkin dia harus menceritakan hal yang sebenarnya ke Evi. Gadis asal Sumatera Utara itu sudah mendedikasikan sisa waktunya untuk membantunya, dia harus menghargainya dengan menceritakannya. Paling tidak, gadis itu bisa kembali mendapatkan pekerjaannya dengan mantan bosnya lagi, pikir Iyem. 

Evi mendengarkan penuturan Iyem dengan seksama. Jauh dalam pikirannya dia sudah bisa menerkanya. "Lo takut kalau semua itu terbongkar?" Ujar Evi begitu Iyem selesai berbicara. 

CINDYEMRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang