6 - Coming To Jakarta

42 2 0
                                    

"INGAT ya Yem, kamu harus kasih kabar. Jakarta itu lebih kejam daripada pacar yang selingkuh Yem!" Kalimat yang diucapkan oleh Ika terngiang kembali dan itu membuat Iyem tersenyum sendiri saat berada didalam bus.

Ika dan Wiwi telah menyelamatkan aura kesedihan saat ia mengucapkan selamat tinggal pada genknya kemarin siang disekolah. Tentu saja mereka terkejut mendengar penuturan Iyem yang akan ke Jakarta untuk bekerja. Siapa yang akan menyangka nasib anak seorang juragan matrial berubah seratus derajat hanya dalam beberapa hari setelah bapaknya meninggal dunia. 

The genk Ganesha berusaha mencari jalan keluar agar Iyem tetap dikampung bersekolah dan menjalankan hidupnya seperti apa adanya. Dari membuat rencana untuk tinggal bergilir dirumah masing-masing sampai meminta orang tua mengadopsi Iyem. Iyem terharu sekaligus tertawa mendengar kekoplakan genknya. 

"Aku nggak apa-apa kok. Mungkin ini bagian kisah hidup yang harus aku jalani saat ini." Tutur Iyem pada keempat sahabatnya. 

Merekapun akhirnya terdiam. Walaupun sebenarnya mereka ingin mengomentari ucapan Iyem yang terdengar sok dewasa. Sepertinya kejadian dalam hidupnya yang berubah drastis telah memaksa Iyem yang super sotoy menjadi dewasa karbitan. Super sotoy karena gadis satu itu sebelumnya lebih rajin menyisir rambutnya ketimbang mengerjakan tugas sekolah. Ika, Dewi dan Linda adalah kategori siswi malas mengerjakan tugas sekolah namun Iyem jauh lebih parah karena ia akan meminta orang lain untuk mengerjakan tugasnya. Hal ini sangat dimaklumi karena Iyem adalah ratu kecantikan disekolah, ia lebih banyak membawa peralatan kecantikan daripada buku sekolah. 

Linda yang paling sensitif perasaan dan kulit wajahnnya akhirnya menangis dihari perpisahan mereka. Disusul oleh Ika dan Dewi. Sementara Santi hanya termangu. Seakan sedang merenungi nasib Iyem di Jakarta. 

Berapa lama dia akan bertahan di Jakarta? Rambut aja minta disisirin. Ngerjain PR aja minta ditulisin. 

Dilubuk hatinya ia berdoa keras semoga kecantikan sahabatnya itu bisa membantu masa depannya karena kalau tidak, ia khawatir sahabatnya berakhir mengamen dilampu merah.  Santi menggeleng membayangkan nasib sahabatnya itu.

"Pokoknya kamu harus kasih kabar. Kita pasti nyusul ke Jakarta. OKE?!" Ujar Ika dengan semangat seraya menghapus airmata dipipinya. Iyem mengangguk tersenyum. Perpisahan mereka tak sesedih yang Iyem bayangkan dan itu membuatnya menjadi lebih bersemangat untuk ke Jakarta. Walaupun ia tak memiliki bekal keterampilan apapun untuk bekerja tetapi ia masih memulai semangat untuk melanjutkan hidup. 

Iyem menghela nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Dadanya masih terasa sesak dan rasanya sulit untuk bernafas lega membayangkan apa yang telah terjadi akhir-akhir ini dalam hidupnya. Tetapi ia harus mengakui, sesesak apapun dadanya saat ini belum sebanding berada satu rumah dengan ibu tirinya dan kedua anaknya. Jadi pilihannya ke Jakarta untuk bekerja adalah hal yang lebih baik. Lagipula ada bude Tien yang akan mendampinginya. 

"Yem?" 

Iyem memalingkan wajahnya ke bude Tien yang duduk disampingnya. 

"Kita sudah sampai." 

Iyem menegakkan duduknya dan mulai merapikan rambutnya. Pandanganya mengarah kejendela bus disampingnya. Mendadak Iyem merasa mual. Entah karena hiruk pikuknya terminal bus atau karena perutnya yang kosong.

"Kamu nggak apa-apa Yem?" Tanya Bude. 

Iyem menggeleng sambil menahan mualnya. "Nggak apa-apa bude."

Begitu mereka keluar pintu bus, Iyem segera berlari menuju pepohonan dan mengeluarkan apapun yang ada dalam perutnya disana. Bude Tien bergegas mendekati Iyem dan mengeluarkan minyak angin lalu mengurut leher belakang Iyem. 

CINDYEMRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang