Saking gugupnya membayangkan kencan pertamanya, Iyem tak menyadari dirinya sudah duduk didepan meja rias selama satu jam dengan sisir ditangannya. Gugup karena kencan pertama ini akhirnya benar-benar terjadi. Setelah kesepatakatan antara Dewa dan Iyem dan beberapa pihak tertentu, akhirnya mereka setuju untuk makan malam disebuah hotel berbintang termewah. Sebuah kencan pertama yang terlalu berlebihan tetapi Iyem harus menerimanya. Walau jauh dilubuk hatinya ia tak menyetujui dengan mega kencan ini.
"Kamu nggak apa-apa kalau kita dinner disana?" Tanya Dewa saat ditelepon.
"Makanannya enak mas?" Balas Iyem dengan polosnya.
"Aku nggak tahu selera makanan kamu. Mau nyoba dulu disana?" Balas Dewa dengan suara terlembut yang pernah ia dengar sepanjang hidupnya. Almarhum bapaknya selalu bertutur kata lembut namun suara lelaki diseberang sana jauh lebih lembut dan romantis ditelinganya.
Sambil membayangkan percakapan terakhirnya dengan Dewa, Iyem masih menatap wajahnya dicermin. Entah menyadarinya atau tak peduli dengan keberadaan bude Tien dan Lisa yang sudah berada dikamarnya sejak satu jam yang lalu. Dan entah kenapa keduanya tak keberatan. Sesekali keduanya saling memandang, seakan memberikan isyarat: Dia yang gila atau kita yang sableng mau menunggu selama ini?
Apapun alasannya, yang pasti keduanya bahagia menyambut kencan pertama Iyem, khususnya penjodohan dengan anak konglomerat itu. Siapa yang tak bangga kalau gadis yang mereka kenal berkencan dengan lelaki paling ngetrend dibumi plus enam dua?
Lisa akan memastikannya kalau lelaki itu tak akan bisa melepaskan Iyem. Karena masa depannya juga tergantung dengan kesuksesan hubungan Iyem dan anak konglomerat itu. Madam Juliet telah mempercayakan padanya untuk mengurusi kebutuhan Iyem, khususnya selama penjodohan. Sampai perihal menggantikan nama Iyem. Lisa tanpa berpikir panjang langsung nyeletuk: "Bagaimana dengan nama Cindy?"
"Hmm ... Cindyemrela." Guman Madam Juliet tersenyum.
Dalam perjalanannya menuju hotel, Madam Juliet menelepon Iyem. Dan seperti biasanya, wanita itu anti berbasa-basi.
"Iyem, mulai sekarang nama kamu adalah Cindy." Ujar Madam Juliet.
Iyem tak mengerti apa yang diucapkan oleh Madam namun seperti sapi dicucuk bokongnya ia hanya membalas seperti biasanya.
"Iya Bu."
"Say it."
"Nama saya Cindy."
"With English please."
"My name is Cindy."
"Good."
Sambungan ponselnya langsung terputus.
Iyem menarik nafasnya dalam-dalam. "Aku lebih suka namaku sendiri!" Makinya dalam hatinya. Lama-lama dia mulai tak menyukai sikap sang Madam yang senang memerintah dengan seenaknya.
Lisa yang duduk disamping Iyem, memadang raut Iyem yang tiba-tiba berubah. "Kamu nggak apa-apa Yem?"
Iyem menoleh dan tersenyum malas. "Nggak apa-apa mbak Lisa."
"Hmm .. Mbak Lisa?"
"Ya?"
"My name is Cindy."
Lisa tersenyum. "Ok Cindy. Nice to meet you." Hatinya miris. Dia seharusnya tak ikut andil untuk mengganti namanya. Namun siapalah dirinya menolak perintah sang madam, batin Lisa.
Keduanya tersenyum, begitupun dengan Aji yang sedang menyetir dan mendengarkan percakapan mereka sejak tadi. Sama halnya dengan Lisa, diam-diam lelaki itupun merasa miris.
"Perjalanan hidupmu tak akan mudah walaupun ketenaran dan kekayaan ada ditanganmu." Batin Aji sambil sesekali melirik Iyem melalui kaca mobil.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
CINDYEMRELLA
FantasiaPada malam pesta ulang tahunnya yang ke sembilan belas, Cindy mendapatkan sebuah cincin misterius bermata biru. Cindy meminta managernya, Evi untuk menelusuri cincin misterius itu. Penelusuran itu membawa Evi pada kisah tragedi yang terjadi tiga aba...