Jonathan tak bisa menolak saat Evi mengajaknya untuk ikut ke Jakarta. Bukan hanya karena dia penasaran dengan apa yang sedang Evi sedang kerjakan namun juga karena diam-diam dia mulai menyukai gadis itu. Evi mendapatkan penglihatan melebihi dirinya, terutama penglihatan tentang Thomas. Padahal dialah yang masih memiliki garis keturunan lurus dengan Thomas, kakek buyutnya. Dan itu membuat Jonathan penasaran, bagaimana Evi yang hanya memiliki darah Britania tiga persen di DNAnya bisa memiliki kekuatan penglihatan melebihi dirinya?
Tidak ada jalan lain untuk Jonathan selain mengikuti Evi menelusuri semua teka-teki tentang Julia, Isabella, dan Cindy. Selain cekatan, nampaknya Evi jauh lebih kuat dibandingkan dirinya saat pingsan. Jonathan telah mengingatkan Evi untuk tidak terlalu sering mengalami penglihatan karena hal itu sangat membahayakan dirinya. Karena di saat seseorang tak sadarkan diri dan melihat masa lalu, itu artinya jiwanya sedang mengembara ke alam lain. Saat jiwanya berinteraksi dengan jiwa lain dari masa lalu, Evi dalam bahaya karena kemungkinan jiwa-jiwa ini ingin mengambil alih tubuhnya. Kesempatan ini sering digunakan oleh nenek sihir jahat untuk mengambil alih jiwa manusia dan bersemayam selamanya dalam tubuh mereka.
Namun Jonathan terkejut dengan respon Evi. "Aku akan mengontrol penglihatanku. Mereka tidak akan bisa mengambil jiwaku."
"Kau tidak bisa mengontrol penglihatan yang datang begitu saja." Balas Jonathan.
"Kenapa tidak? Ini tubuh dan jiwaku sendiri. Aku memiliki kekuatan untuk mengontrolnya. Aku tidak akan membiarkan orang lain mengontrolnya. Tidak seorang nenek sihir terkuat sekalipun."
Jonathan terpaku mendengarnya saat itu. Dia belum pernah mendengar sesuatu yang penuh percaya diri seperti itu. Kepercayaan diri seperti itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki kekuatan dan tahu kekuatannya digunakan untuk apa. Entah kenapa saat itu juga dia merasa gadis itu tidak selemah yang dia tahu. Untuk itu dia memutuskan untuk mengikutinya kemanapun, selama Evi mengijinkan tentunya.
Jonathan bersemangat dengan perjalanannya ke Indonesia. Dia belum pernah menginjakkan kakinya ditanah kepulauan itu. Pengalaman ini akan menjadi pengalaman yang pertama, bersama gadis yang dia sukai dan terbang dikelas utama pula.
"Seberapa sering kau mengalami penglihatan?" Tanya Evi saat mereka dipesawat.
Jonathan terdiam, dia tak mau mengingat lagi pengalaman terakhir penglihatan yang mengerikan itu. Dia menoleh tersenyum samar ke Evi.
"Tiga tahun lalu dan aku nyaris mati." Guman Jonathan seraya menerawang.
Evi memandang pria disampingnya. "Bagaimana bisa?"
"Mungkin aku tidak sekuat dirimu sehingga tidak bisa mengontrol kekuatan dari luar."
"Aku akan melindunginmu, Jonathan." Balas Evi.
Jonathan tersenyum mendengarnya. "Jangan mengucapkan sesuatu yang kamu tidak bisa tepati."
Evi menoleh menatapnya. "Aku tidak pernah main-main dengan urusan uang, walau itu hanya satu sen, apalagi soal janji. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Hidupmu akan aman selama disampingku."
Jonathan tersenyum menatap Evi. "Terimakasih."
"Kembali." Balas Evi kemudian menyisip jus jeruknya, menghindari tatapan melankolik disampingnya. Dadanya bergemuruh karena dia tahu pemuda itu masih tersenyum menatapnya.
* * *
Evi mengajak Jonathan untuk tinggal dirumahnya selama di Jakarta. Kedua orang tua Evi menyambutnya dengan suka cita, mereka tak menyangka Evi akan kembali secepat itu dari Eropa dengan seorang calon suami tampan pula.
"Papa, jangan halu ya. Kami cuma teman!" Seru Evi. Namun papanya tak peduli. Betapapun baiknya Evi menyembunyikan perasaannya, papanya bisa melihat pandangan matanya yang suka tersipu bila berada didekat Jonathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINDYEMRELLA
FantasyPada malam pesta ulang tahunnya yang ke sembilan belas, Cindy mendapatkan sebuah cincin misterius bermata biru. Cindy meminta managernya, Evi untuk menelusuri cincin misterius itu. Penelusuran itu membawa Evi pada kisah tragedi yang terjadi tiga aba...