Pagi sekali Bude Tien sudah bangun dan menikmati sarapan yang dibuatnya didapur karyawan. Sambil menunggu Iyem yang sedang bersiap-siap, pandangannya mengarah ketumpukan majalah yang berada dimeja. Bude Tien mengamati semua sampul majalah yang berisi wajah wanita yang sama. Dia sangat terkejut saat membaca siapa pemilik wajah itu: MADAM JULIET.
Bude Tien bukan tipe seseorang yang gemar membaca. Ia hanya tertarik membaca selembar kertas kecil yang keluar dari mesin atm saat ia mengambil uang. Kalaupun ia tertarik mau membaca sesuatu, palingan hanya robekan kertas untuk pembungkus gorengan yang ia jual dikantin sekolah. Tapi rasa penasaran menyeruak dikepalanya begitu melihat pemilik wajah ditumpukan majalah itu, diapun mengambil majalah itu dan mulai membacanya satu persatu.
Madam Juliet adalah seorang pengusasaha sekaligus milyarder terkenal dibumi plus enam dua dan negara tetangga. Kesuksesan dan kekayaannya sering membuat galau dan gerah dilingkungan para sultan dan konglomerat yang sudah terlahir menjadi darah biru. Tak ada yang tahu pasti alasan kenapa mereka galau dan gerah. Konon rumornya karena Madam Juliet sering menyindir mereka para konglomerat yang tak melaporkan pajak mereka dengan jujur.
Ketenarannya Madam Juliet semakin menjulang ketika majalah Forbes memasukannya sebagai orang terkaya nomor tujuh di Asia Tenggara. Hal ini semakin membuat para konglomerat dibumi plus enam dua menjadi semakin gerah. Asosiasi para konglomerat yang tak jujur mulai membuat tim. Entah untuk apa tim ini dibuat, yang pasti tim sayap kiri pembenci Madam Juliet.
Belum lagi kecantikan Madam Juliet yang menjadi guncingan di komunitas para istri konglomerat. Mereka berharap bahwa kecantikan si Madam adalah hasil dari operasi plastik diluar negeri. Mereka juga berdoa, suatu hari Madam tertimpa kemalangan. Sayangnya, harapan dan doa mereka justru sebaliknya yang terjadi pada Madam Juliet. Ibarat barang antik yang sering dirawat, Madam Juliet semakin glowing memukau rekan bisnis dan lawannya.
Semua kesuksesannya berawal dari suaminya saat itu masih menjadi pejabat. Madam Juliet sering memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar berbisnis dan berinvestasi. Disaat yang bersamaan, dia juga membangun jaringan dengan para petinggi dan pembisnis. Disitulah Madam mulai memanfaatkan jaringannya dengan berbisnis dan membangun kepercayaan mereka.
Madam Juliet tahu betul bagaimana cara bekerja dengan para pembisnis sukses itu. Kepercayaan adalah hal yang paling utama, setidaknya dia harus memiliki profil yang bisa membuat mereka menerimanya. Seiring dengan berjalannya waktu mereka akhirnya menerima Madam sebagai pembisnis yang jujur, ulet dan handal.
Tidak ada yang tahu bahwa darah berbisnis sudah mengalir turun menurun dalam keluarganya. Walaupun itu hanya sekedar berjualan pisang goreng. Madam sendiri mengakui kalau dia pernah berjualan pisang goreng saat disekolah. Mengumpukan barang-barang bekas untuk dijual kembali ditoko loak. Pengalamannya itu sering ia ceritakan dalam setiap wawancara atau saat sebagai pembicara diinstitusi.
Dengan kesuksesan sang madam, alhasil suaminyapun pensiun dini. Konon Madam Juliet sempat diserukan namanya untuk dicalon sebagai seorang menteri. Namun wanita itu menolaknya dengan lembut dan menyatakan bahwa hatinya tidak tertarik didunia politik. Walaupun terkenal dan wajahnya banyak terpampang dimana-mana, Madam Juliet termasuk orang yang tertutup. Dia tak pernah membicarakan tentang keluarganya, bahkan anak satu-satunya.
Ditutupnya majalah yang membuat Bude Tien menarik nafas sedalam mungkin. Semua yang dibacanya itu seperti tak nyata. Wanita yang sering berkirim pesan dengannya itu seperti seseorang yang berada didongeng atau sinetron. Namun kini dia mengerti kenapa si Madam tidak pernah basa-basi.
Bude Tien memutuskan untuk tinggal bersama Iyem sampai ia bisa bertemu dengan Madam Juliet. Pasalnya sampai hari ketiga di Jakarta dia belum juga bertemu dengan si madam. Dia sendiri tak berani untuk menanyakan kapan bisa bertemu. Setiap kali ia menanyakan ke setiap karyawan dirumah kapan si madam akan datang mengunjungi, mereka hanya tersenyum dan menjawab: "Kalau ada agenda kesini pasti Madam datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINDYEMRELLA
FantasyPada malam pesta ulang tahunnya yang ke sembilan belas, Cindy mendapatkan sebuah cincin misterius bermata biru. Cindy meminta managernya, Evi untuk menelusuri cincin misterius itu. Penelusuran itu membawa Evi pada kisah tragedi yang terjadi tiga aba...