Dikamarnya, Cindy duduk termenung menatap keluar jendela. Pikirannya melayang pada kejadian saat di lokasi syuting film. Kejadian yang sama yang dia alami pada malam Jumat Kliwon, yang jiwanya seakan ditarik paksa keluar dari raganya dan ini yang kedua kalinya terjadi. Namun yang mengherankan Cindy adalah kejadian itu membuatnya mendadak mengalami koma dan saat dalam kondisi koma ia bermimpi bertemu dengan seorang wanita, meski hanya berbentuk bayangan namun ia bisa mendengar jelas ucapan wanita itu.
"Kau tidak akan pernah bisa lari dariku, Juliet. Aku akan tetap mengejarmu kemanapun kau pergi."
Bukan hanya itu yang merisaukan Cindy, percakapan Evi dan Jonathan saat di parkiran puskesmas juga mengganggunya. Tentang Jonathan yang masih keturunan Thomas, tentang Evi yang mengetahui kehidupan masa silam. Semuanya terdengar aneh di telinganya. Tentu saja keduanya tak menyadari keberadaan Cindy yang sedang berdiri di balik pintu mendengarkan percakapan mereka.
Cindy menoleh ke pintu begitu mendengar sebuah ketukan. Dilihatnya Evi membawa sebuah nampan dengan dua cangkir.
"Aku buat minuman jahe." Ujar Evi sambil menyodorkan cangkir ke Cindy.
"Thanks." Balas Cindy.
Keduanya terdiam. Cindy kembali memandang kebun, Evipun melakukan hal yang sama.
"Apa yang sebenarnya terjadi sama aku? Kenapa aku bisa mendadak koma dan bangun begitu aja? kenapa aku...." Cindy ragu untuk melanjutkannya.
Evi menatapnya, menanti dengan sabar kata-kata yang keluar dari mulut Cindy, walau rasa penasaran membumi di dadanya.
"Kenapa aku sering mimpi wanita yang sama akhir-akhir ini?" Kata Cindy sambil menatap Evi.
"Wanita apa? Mimpi apa?" Tanya Evi seperti berguman. Namun instingnya mengatakan kalau ia tahu siapa wanita yang dimaksud.
Cindy menoleh menatap Evi dan Evi tak menyukai tatapan serius itu. Cindy bukan tipe orang yang memiliki raut serius.
"Apa yang kamu tau tentang Juliet?" Tanya Cindy menatap dalam ke Evi. Sesaat keduanya saling pandang dalam diam.
"Apa kamu mimpi tentang dia?" Tanya Evi balik.
Cindy menggeleng. "Nggak, tapi wanita dalam mimpiku selalu memanggilku dengan nama Juliet. Dia selalu bilang Aku akan mengejarmu kemanapun kau pergi."
Evi bergeming dalam diam. Ia tak yakin memiliki jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. Namun ia bisa merasakan bahaya yang mengancam kehidupan bosnya itu. Ingin rasanya dia memungkiri instingnya karena ia sendiri tak percaya dengan semua kisah omong kosong yang berkaitan dengan hal gaib, apalagi inkarnasi.
"Cindy, kamu percaya sama inkarnasi?" Akhirnya rasa penasaran dalam pikirannya itu keluar dari mulutnya. Cindy menatap Evi heran.
"Kenapa?" Tanya Cindy balik.
Evi mengangkat bahunya lalu menyisip cangkirnya. Pandangannya beralih ke kebun, dia menghela nafas.
"Mungkin nggak sih kita lahir ke dunia ini hanya untuk memperbaiki kesalahan kita dikehidupan lalu?" Tanya Evi seraya pandangannya menerawang keluar jendela.
Cindy menatap heran manager karbitan itu lalu dia mengalihkan pandangannya keluar jendela. Ia tak yakin apakah pertanyaan Evi ada kaitannya dengan pertanyaan yang ia ajukan.
"Mungkin aja. Mungkin inkarnasi itu adalah bentuk kesempatan kita untuk menjadi manusia yang lebih baik." Balas Cindy asal.
Evi menoleh menatap Cindy. Ini pertama kalinya dia mendengar Cindy berbicara lurus dan serius, seperti bukan dirinya yang berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINDYEMRELLA
FantasiPada malam pesta ulang tahunnya yang ke sembilan belas, Cindy mendapatkan sebuah cincin misterius bermata biru. Cindy meminta managernya, Evi untuk menelusuri cincin misterius itu. Penelusuran itu membawa Evi pada kisah tragedi yang terjadi tiga aba...