Desahan di kamar sebelah Bab 7

448 2 0
                                    

Aku,Putri dan Meri pergi ke rumah nenek , sementara Dinda kami tinggal di rumah sakit di bawah pengawasan dokter dan perawat.

'Assalamualaikum', kami bertiga dengan sabar menunggu sampai ada yang menjawab salam.

'Waalaikumsalam', nenek tua menjawab salam dari arah belakang aku langsung mendekatinya dan membantunya membawa keranjang berisi umbi-umbian dan mengikuti beliau masuk ke dalam rumah diikuti juga oleh kedua temanku.

Setelah menaruh keranjang di dapur aku dan nenek  kembali ke ruang tamu di mana kedua temanku masih berdiri menunggu kami.

"Kalian duduklah nenek mau kekamar mandi sebentar , di meja sudah ada air putih dan biskuit kalian makan saja!.

Kami hanya  minum air putih, rasa sok dengan kejadian yang baru saja membuat kami terasa kenyang.

Setelah beberapa lama menunggu nenek itu akhirnya menemui kami kembali di ruang tamu beliau duduk di depan kami, walaupun keriput memenuhi wajahnya tapi terlihat jelas di masa mudanya dia wanita yang sangat cantik hidungnya mancung dan mata bulat kebiruan.

"Nek, maaf kalau kami datang mengganggu", ungkapku dengan sedikit gemetar ,  tanpa megulur waktu aku ceritakan semuanya, sedangkan kedua temanku sesekali menyeka air matanya mungkin mereka mulai takut dengan apa yang menimpa Dinda akan menimpa mereka juga.

Setelah mendengar ceritaku wanita itu berdiri lalu berjalan menuju lemari tua mengeluarkan album foto keluarga dan membawanya pada kami, aku dan kedua temanku mulai membuka setiap lembaran album foto keluarga itu, melihat semua poto aku teringat dengan mimpiku dulu dengan sebuah keluarga yang bahagia di rumah itu.

"Pria itu adalah putraku dia menikah dengan wanita asli pribumi , aku wanita Belanda yang datang ke sini lalu menikah dengan pria berdarah Inggris Indonesia, itu menantuku Ranti,cucu Perempuanku Brinda dan cucu kesayanganku penerus keluarga kami Dewa, dulu semua baik-baik saja,sampai pada akhirnya putraku dan menantuku mengikuti sebuah ajaran sesaat untuk keabadian hidup dan kekayaan".

" Sampai pada akhirnya mereka melanggar peraturan dengan tidak mau menumbalkan putra kesayangannya sehingga cucuku di kutuk menjadi manusia setengah iblis dan cucu Perempuanku mati dibunuh oleh kakaknya sendiri  mayatnya dikubur di dalam rumah itu , sedangkan putraku dan menantuku meninggal secara misterius dan mayat mereka berdua tidak pernah ditemukan ".

"Semua yang ada di dalam rumah itu adalah harta kekayaan dari iblis yang haus darah, rumah itu disewakan dengan harga murah bahkan gratis kalo memang sama sekali tidak punya uang, karena aku  tidak mau rumah itu roboh, terlalu banyak kenangan bahagia anak cucuku di sana, tapi dengan syarat yang harus dipatuhi !.

"Dulu aku pernah meminta kamu untuk meninggalkan rumah itu karena aku melihat arwah cucu Perempuanku merangkulmu , aku kawatir dia akan menyakitimu".

Wanita itu bercerita panjang sambil sesekali menarik nafas dalam-dalam.

"Apa kami bisa  keluar dari rumah itu dan apakah kami bisa selamat?, tanya Putri khawatir.

"Kalian tidak bisa pergi, kalian pergi pun percuma karena kalian telah memakan dari apa yang ada di dalam rumah itu".

"Kecuali ada jiwa bersih yang mau berkorban untuk memberikan jiwanya pada cucuku Dewa sebagai ganti tumbal yang telah tertunda!.

Kami yang mendengar itu langsung terdiam gak mungkin ada yang  mau menjadikan diri mereka sendiri sebagai  tumbal dan menjadi santapan iblis .

"Kamu masih ingat kematian dua kawan kerjamu, itu karena cucu Perempuanku menganggap kamu temannya dia tidak suka ada yang menyakitimu jadi dia persembahkan jantung mereka untuk kakaknya ".

"Itu sangat kejam, kesalahan kecil harus di bayar dengan nyawa", aku seolah tidak pernah percaya ini akan terjadi pada ku dan temanku.

"Ada pilihan kedua selain menukar jiwanya dengan cucuku".

"Apa itu?, tanyaku dengan wajah penuh harap.

"Salah satu dari kalian harus tinggal di rumah itu selamanya menjadi teman cucu Perempuanku dan pelayan cucu laki-lakiku, setelah salah satu dari kalian setuju dengan salah satu syarat itu,maka yang lain boleh pergi dan rumah itu akan di tutup selamanya".

"Jadi pelayan dengan rasa takut setiap hari dan tidak akan pernah melihat dunia luar sampai mati?, Putri berkata dengan suara lirih .

"Tidak ada kematian jika kalian menerima syarat kedua tapi kalian tidak akan terlihat oleh manusia biasa atau pun kembali ke dunia nyata layaknya manusia".

Karena waktu sudah mulai senja kami bertiga pamit, Putri pulang ke rumah sakit sedangkan aku di temani Meri harus pulang ke rumah kontrakan megambil makanan , selimut untuk menginap di rumah sakit .

Begitu sampai di dalam rumah kontrakan yang sudah terang dan rapi bahkan kamar Dinda yang tadinya banyak terkena cipratan darah sudah di bersihkan, mungkin penjaga rumah ini yang membersihkannya .

Tidak mau megulur waktu aku minta Meri pergi megambil selimut sedangkan aku kedapur untuk mengambil makanan  .

"Semua kawan kakak akan pergi", kata seorang wanita yang tidak asing dari sampingku.

Aku membalikkan badan dan kini wajahku dan wajah gadis blasteran yang berwajah pucat berhadapan , dia  mengambang di udara dengan rambut panjangnya dan terus mengitari ku.

"Tolong maafkan mereka karena yang mereka lakukan tidak sebanding dengan apa yang harus mereka dapat!.

"Mereka melanggar perjanjian hati mereka serakah sama seperti orang tuaku, sehingga aku dan kakakku yang tidak bersalah harus jadi korban bahkan mereka sendiri ikut jadi korban keserakahan mereka sendiri ", teriak wanita iblis penuh amarah.

Naex

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang