Desahan di kamar sebelah Bab 15

153 2 0
                                    


Entah berapa lama aku tertidur tiba-tiba saja aku di bangunkan nenek untuk mandi dan makan malam.

"Kenapa nenek gak bangunkan Tika dari awal?, tanyaku pada beliau.

"Kamu tidurnya terlalu pulas, nenek gak tega bangunin, udah sekarang kamu mandi terus keluar kita makan malam bersama!.

Setelah nenek keluar aku langsung pergi mandi selesai mandi langsung berwudhu karena waktu maghrib sudah masuk.

'Aku lupa bawa baju ganti kedalam kamar mandi, pakai baju di kamar aja Dewa juga gak ada di kamar ', pikirku sambil keluar dari kamar mandi.

Setelah lama memilih baju di lemari akhirnya dapat yang lumayan pas di badan, Berenda badannya seperti manekin yang indah tidak seperti badanku yang cukup berisi mungkin karena masih prawan dan pekerja keras jadi badanku sintal padat dan sedikit berisi .

Aku melepas handuk yang melilit tubuhku, dan mulai memakai dress milik Berenda, susah sekali dress ini sangat ketat di tubuhku sampai di bagian atas susah turun.

Saat tengah sibuk dengan dress pintu kamar terbuka begitu saja, aku langsung menoleh ke arah pintu ternyata di sana Dewa berdiri menatapku dengan ekspresi terkejut dia langsung keluar dan menutup pintu kembali.

Aku baru sadar ternyata dress belum menutupi seluruh tubuhku, ya tuhan aku rasanya ingin pingsan karena malu.Ahirnya dress sialan ini bisa aku atasi, selesai salat magrib aku langsung keluar ke ruang makan .

"Maaf nek aku lama", kataku sambil merapikan bagian atas dress karena dadaku tidak nyaman dengan bagian atas dress yang kupakai.

Sedangkan Dewa hanya tertunduk melihat ke arah makanannya.

"Dress itu kekecilan untuk mu, sebentar nenek ambilkan dress milik almarhum mamanya Dewa yang masih nenek simpan", kata nenek sambil meninggalkan kami berdua di meja makan.

"Aku minta maaf soal tadi, aku tidak tahu kamu lagi pakai baju", kata Dewa tanpa melihat ke arahku.

"Aku yang salah lupa mengunci pintu", jawabku gugup.

"Tika, kamu pakai ini ,pilih mana yang cocok !, kata nenek menghampiri aku sambil memberikan beberapa dress milik almarhum mamanya Dewa.

Akupun mengambilnya dan mengucapkan terima kasih lalu pergi ke kamar untuk mengganti dress yang kupakai.

Aku memilih  warna biru tua sangat simpel dan cantik , rambut panjangku aku ikat rapi aku pun kembali keluar menuju meja makan.

Nenek  menatapku tersenyum sedangkan Dewa hanya menatapku sekilas lalu kembali menikmati makanannya.

Kami bertiga makan malam bersama seperti sebuah keluarga.

Selesai makan malam dan berkemas kami duduk di ruang tengah gobrol bercerita tentang banyak hal.

"Tika tadi Dewa kasih tau nenek kalau besok kamu akan pulang kampung?, tanya nenek pada ku.

"Ya nek, aku minta maaf karena terburu-buru ingin pulang,aku sangat kangen ibu dan adikku", jawabku.

"Baiklah nanti nenek  hubungi orang yang akan membawa kita besok ke kampung mu , dan nenek harap kamu tidak keberatan jika nenek ikut ".

"Tidak kok nek, malahan Tika senang kalau nenek ikut antar Tika pulang ", jawabku.

"Tika , nenek jujur saja, sebenarnya nenek ingin ikut mengantarmu karena ingin bertemu langsung dengan ibumu, nenek ingin melamar mu untuk Dewa ", kata nenek membuat jantungku berdetak tidak karuan.

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang