Desahan di kamar sebelah Bab 38

43 2 0
                                    

"Aku pulang saja", pamitku pada Dewa.

"Kamu makan dulu!.

"Aku makan di rumah saja", jawabku lalu mengambil tas jinjing ku.

Dewa tahu hatiku terluka dengan kata-kata Putri yang sangat aku sayangi, dia lalu minta sopirnya untuk pulang bawa mobilnya sementara dia akan menyetir untukku.

Sebelum pulang Dewa membawa ku mampir ke klinik memeriksa kehamilanku.
Dan ternyata kandunganku sudah memasuki usia dua bulan, dan kata dokter kemungkinan besar aku hamil anak kembar.

Sampai di rumah Dewa minta aku duduk di sofa sementara dia membuatkan aku susu husus ibu hamil lalu membawakannya untukku.

"Assalamualaikum", suara Kevin yang baru pulang sekolah dan langsung salim pada kami berdua.

"Mama sakit, kok pucat?.

"Mama sehat sayang, tapi mama cuma kawatir kalau kamu dan Ana tidak bisa menerima sesuatu yang sekarang di berikan Tuhan pada mama dan pada kita semua ", jawabku pada putraku.

"Jangan buat Kevin kawatir ma,emang apa yang di berikan Tuhan sekarang selain kesehatan, kebahagiaan untuk kita ".

"Ada yang lain ", ada yang lain di berikan tuhan saat ini.

"Apa pa?, tanya Kevin  dengan wajah penasaran.

"Mama sekarang lagi hamil", jawab kami serentak sambil tersenyum canggung pada putra sendiri.

"OOO ya, yes, aku akan punya adik, aku harap adikku cowok bisa aku ajak main basket, dan pergi berpetualang", teriak Kevin bahagia.

"Kamu gak malu?.

"Buat apa malu, itu saudaraku rumah besar ini akan ramai dan aku janji akan lindungi sayangi mereka ", jawab Kevin.

Dewa pun langsung memeluk putranya yang ternyata punya sifat yang sangat dewasa dan bijaksana.

"Aku tidak mau punya saudara lagi ", kata Ana datang tiba-tiba.

"Ana, ini hadiah dari Tuhan kita harus terima dengan senang".

"Terserah mama, tapi Ana tetap tidak mau punya saudara lagi, kalau mama terus mempertahankan kehamilan mama , lebih baik Ana gak punya mama lagi ", jawab Ana , membuat Dewa marah.

"Jangan sampai papa menamparmu Ana",teriak Dewa pada putrinya.

Karena gak mau terus melihat mereka ribut aku membawa Dewa ke kamar.

"Kita sabar, aku yakin nanti setelah bayi ini lahir Ana akan suka, seperti kamu dulu saat Ana lahir sampai lupa sama aku saking senangnya".

Dewa hanya menarik nafas mendengarkan aku.

_______________

"Sayang kamu gak sarapan dulu ?, tanyaku pada putriku yang akan berangkat sekolah.

"Gak usah sok baik aku benci mama kenapa mama gak mati aja ", teriyak Ana lalu pergi meninggalkan kami yang sedang sarapan.

Aku tidak tahu di mana salahku, aku melakukan ini semua karena aku tidak mau anak-anakku susah di kemudian hari.

"Kamu gak usah gelamun, pikirkan kesehatanmu dan calon anak kita!, kata Dewa sebelum berangkat kerja.

Untuk menghilangkan rasa sedihku aku menerima tawaran mengajar music di smp negeri  internasional di kotaku, walaupun aku akan jumpa tiap hari dengan putriku yang akan membuatnya marah tapi aku tidak perduli.

Karena hari ini adalah hari pertama aku mengajar di sana aku mulai meganti pakeyanku dengan dress simpel dan elegan, rambut panjangku ku ikat sedikit tinggi.

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang