Desahan Di Kamar Sebelah Bab 102

89 2 0
                                    

Ana bercengkrama dengan putranya Adam untuk pertama kalinya, Dewa melihat itu dengan wajah masam.

"Kita harus bersyukur di usia yang masih sangat muda Ana mau melahirkan anaknya walaupun harus melewati jalan yang begitu sulit", aku berkata pada Dewa.

"Seharusnya anak itu mati saat lahir", kata Dewa lirih.

"Bagaimana perasaanmu jika orang lain  mendoakan agar anakmu mati saat lahir?, tanyaku pada Dewa.

"Jangan membandingkan antara anak-anak ku dengan anak Aldo, anak Aldo  anak iblis".

"Jika Adam adalah  anak iblis berarti orang tuanya Adam adalah iblis termasuk putri kita ", jawabku membuat Dewa menatapku dengan tatapan seolah ingin menerkam.

"Aku malas bicara sama kamu ", kata Dewa.

"Kamu hanya perlu menerima jalan takdir dengan ikhlas , aku hanya ingin kita hidup tentram dan bahagia ".

"Kalau kamu mau hidup tentram dan bahagia tinggalkan aku cari laki-laki lain!, karena sampai mati aku tidak akan pernah mau menerima Aldo dan mamanya dalam keluargaku ", kata Dewa.

"Jawaban mu sangat menyakitkan, jika aku ingin pergi sudah dari dulu saat hidup kita jauh lebih sulit dari yang sekarang ", jawabku lalu pergi meninggalkan Dewa sendiri.

Aku menyiapkan makan malam melayani semua tanpa berkata sepatah katapun, Dewa tahu kalau aku diam itu tandanya udah marah tingkat tinggi dia tidak berani menegurku hanya asik bercanda dengan anaknya.

"Assalamualaikum", suara salam tetua desa dari luar aku pun langsung menuju depan mempersilahkan beliau masuk dan duduk bersama kami.

"Pintu yang akan membawa kalian menuju dunia manusia akan terbuka tepat di saat bulan purnama, tapi ada syaratnyai", kata tetua desa memberi tahu kami

"Apa saratnya",? tanyaku.

"Hati yang ikhlas murni yang harus tinggal di sini untuk di jadikan ratu jika dia wanita dan raja jika dia pria", jawab tetua desa membuat Dewa terkejut.

"Tidak,,, tidak ada yang boleh tinggal walaupun akan di jadikan ratu ataupun raja, jika ada yang harus tinggal maka semua harus tinggal di sini, aku tidak mau kehilangan keluargaku lagi", kata Dewa membuat tetua desa terseyum manis.

"Bagaimana jika dua orang yang kamu benci menetap di sini?, tanya tetua desa lagi.

"Aku ikhlas tinggal di sini asalkan putraku dan yang lainnya bisa pulang tapi dengan syarat jangan jadi ratu tapi sebagai pengasuh anak yang sedang belajar mengaji ", jawab tante Amira sebelum Dewa menjawab.

"Tidak ma,,, mama harus pulang!.

" Kamu yang harus pulang jaga dan rawat putramu menjadi anak yang soleh !, jawab tante Amira pada Aldo dengan air mata bercucuran.

"Apakah tidak ada persyaratan lain, supaya tidak ada yang harus tinggal?, tanya Dewa.

"Bagaimana jika kamu yang tetap tinggal?, tanya tetua desa pada Dewa.

"Jika suamiku  harus tinggal di sini untuk selamanya,maka biarkan aku ikut bersamanya ", kata Tika dengan tenang.

"Kita akan tetap bersama ", jawab Kevin dan yang lainnya serentak.

Tetua desa terseyum ke arah kami semua.

"Dewa semua ada di tanganmu sekarang, satukan keluargamu yang telah bercerai berai!, setelah itu kalian pulang bersama".

"Berikan aku waktu semalam untuk memutuskan semuanya!, kata Dewa.

"Baiklah besok pagi aku tunggu kabar baik darimu", jawab tetua desa lalu pergi.

"Kamu masih marah?, tanya Dewa memeluk tubuhku dari samping.

"Aku tidak bisa marah terlalu lama, karena rasa sayangku terlalu besar untukmu dan anak-anak kita", jawabku lalu membalikkan badan menatap wajah tampan suamiku.

"Maafkan atas perkataan ku yang membuatmu sakit hati!.

"Tidak perlu minta maaf karena semua sudah aku maafkan sebelum kamu minta maaf", ucapku sambil menaikkan kepalaku di atas lengannya .

Dewa memeluk dan mencium keningku kami tidur  berpelukan.

________________

Selsai shalat subuh berjamaah di musalla, Dewa maju ke depan untuk menyampaikan sesuatu.

"Saya harap jangan ada yang beranjak pergi!, karena aku ingin semua jadi saksi di mana aku akan menikahkan putriku dan Aldo ", kata Dewa membuat aku menangis bahagia begitu juga dengan Ana dan Aldo.

Ijap kabul di langsungkan dengan ikdmat tante Amira terus menyeka air matanya.

"Sah,,,", kata semua saksi.

Aldo langsung memeluk Dewa dengan berlahan Dewa kembali memeluknya.

Tante Amira mendekatiku  memelukku erat sambil terus menangis.

"Mulai hari ini kita kembali menjadi keluarga yang utuh dan berbahagia tidak selalu bersama dalam keadaan apapun ", kataku pada tante Amira.

"Bersiaplah untuk nanti malam kalian semua akan pulang!, hati yang ikhlas dan kesungguhan hati untuk bertobat membuat kita selamat ",kata tetua desa.

Next

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang