Desahan Di Kamar Sebelah Bab 47

51 3 0
                                    


Di rumah sakit aku langsung menghubungi Dewa, untuk segera datang ke rumah sakit dan tetap mengingatkannya untuk tetap hati-hati jangan sampai gebut.

Ana langsung di bawa ke ruang operasi .

"Sayang,, gimana keadaan Ana?, tanya Dewa begitu sampai di rumah sakit.

Aku tidak bisa menjawab Kevin yang memberi tahu papanya.

Kami semua berdoa untuk keselamatan Ana.

Dokter keluar dari ruangan operasi.

"Bagaimana keadaan putriku?, tanya Dewa tidak sabar.

"Putri tuan mengalami pendarahan tapi alhamdulilah bisa kami atasi, tapi kami terpaksa melakukan operasi sesar untuk menyelamatkan bayinya, walaupun masih prematur tapi bayinya selamat, sehat, tidak kurang satu apapun ", jawab dokter lalu pamit .

"Seharusnya bayi itu meninggal ",kata Dewa lirih, aku yang mendengar itu memegang pundaknya sambil menggeleng mengasih isyarat bahwa apa yang dia ucapkan tidak benar.

"Bayi itu akan membuat Ana malu ", ucap Dewa.

"Tidak sayang, bayi itu titipan dari tuhan karena kita di anggap mampu, jika titipan kita anggap membawa malu maka dia akan membuat kita malu, tapi jika titipan kita anggap akan membawa kebaikan maka tuhan akan melimpahkan kebaikan di atasnya, walau bagaimanapun juga bayi itu tetap lahir dari badan putri kita".

Dewa memelukku erat sampai dia merasa tenang.

"Tika,,, kamu adalah titipan terindah dari Tuhan untukku, jika tuhan tidak memberikan titipan seindah mu mungkin aku tidak bisa seperti sekarang ini ", kata Dewa padaku lalu mencium tanganku.

_______________

Setelah beberapa hari di rumah sakit Ana sudah kembali normal, walaupun dia masih tidak mau pergi melihat bayinya, sebagai seorang ibu aku tahu perasaannya karena aku juga jauh lebih terluka dengan semua yang menimpanya.

Untuk perkembangan bayi itu aku yang menyediakan asi dengan memerah asi ku sendiri, dan memberikannya pada perawat, karena di usia kehamilanku yang sudah memasuki sembilan bulan asiku sudah banyak .

Walaupun Dewa keberatan tapi dia akhirnya mengizinkan bayi itu meminum asiku.

"Entah lah Tika, aku tidak tahu apakah aku bisa menyayangi anak itu", kata Dewa padaku.

"Jangan sampai kamu bicara seperti itu di depan Ana, karena itu bisa mempengaruhi pikirannya dan akan membuat dia benci pada bayi yang tidak bersalah!.

"Aku tidak tahu Tika entah dari apa hatimu di buat, aku ingin seperti kamu tapi itu tidak mudah ", jawab Dewa lalu pergi meninggalkan aku.

Aku tahu ini tidak lah mudah, itu sebabnya tuhan memberikan kita keyakinan biar apapun yang kita hadapi bisa kita lewati dengan mudah walaupun kenyataannya sangat sulit tapi paling tidak hati kita tidak pernah goyah.

_________________

Hari ini kami pulang, tapi bayi Ana belum bisa pulang harus tetap dalam pantauan sampai kondisinya benar-benar baik.

Aku pun setiap hari harus menyetok asi dan mengantarnya ke rumah sakit sekali melihat perkembangannya.

Dewa selalu bertolak pinggang dan marah melihatku sibuk dengan urusan ini itu di usia kehamilanku yang sudah tua.

"Bisa gak kamu dim, itu anaknya Aldo bukan anaknya Ana", kata Dewa padaku sambil memegang lenganku dengan kuat.

"Kamu menyakitiku", ucapku.

Desahan di kamar sebelah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang